Aih... Ramahnya Penduduk Kepulauan Derawan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Aih... Ramahnya Penduduk Kepulauan Derawan

- detikTravel
Senin, 23 Des 2013 08:51 WIB
Senyum ramah anak-anak di Derawan (Astrid/detikTravel)
Berau - Kepulauan Derawan, Berau, Kaltim tidak hanya diberkahi dengan alam yang indah di Pulau Derawan, Sangalaki dan Maratua. Penduduk di kepulauan ini pun ramahnya bukan main. Tak sungkan, mereka bercengkerama dengan wisatawan.

Berjarak hanya sekitar 10 meter dari bibir pantai, baik di Pulau Derawan maupun Pulau Maratua, rumah-rumah penduduk asli berbaris. Di perkampungan ini arsitektur tempatnya adalah rumah yang saling berhadapan dan dibelah oleh jalanan yang cukup besar. Jalannya tidak beraspal, namun cukup padat untuk ditapaki kaki, sepeda dan sepeda motor.

Sore menjelang, kita akan banyak menemui penduduk yang 'nongkrong' di teras rumah mereka. Setiap berpapasan dengan mereka, tak ada salahnya kita melemparkan senyum ramah sembari mengucap salam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka akan membalas dengan kode menundukkan kepala sembari melempar seutas senyuman. Kadang akan ada yang bertanya, "Dari mana kau?" bila seperti itu, baiknya kita mampir ke wajah teras rumahnya dan menjelaskan dari mana kita datang, juga maksud tujuan kita singgah di kampungnya.

Bila obrolan bergulir, penduduk asli Pulau Maratua dan Pulau Derawan, yang biasanya berasal dari Suku Dayak dan Suku Bajou Sulu ini terbuka untuk menceritakan sejarah, dan adat tradisi mereka. Maka, jangan ragu untuk bicara dengan warga, tentunya dengan tutur yang sopan dan halus, agar tak menyinggung penduduk.

Bisa dibilang warga di Pulau Maratua, juga jauh dari sifat komersil, yang memiliki kecenderungan memanfaatkan para wisatawan. Mereka justru senang berbagi kisah dan membantu para wisatawan untuk mengenal lebih dekat pulau mereka.

Misalnya Wilson (30), ia yang sehari-hari bekerja sebagai petugas di penginapan Maratua Paradis, mau menceritakan cerita rakyat di sana. Ia juga pernah menjadi pemandu tur dadakan ketika Nadine Chandrawinata bertandang ke Pulau Maratua.

"Kemarin juga waktu Mbak Nadine, sama temannya, saya yang dibawa kesana-kesini. Sampai melihat goa, melihat gunung yang kami anggap keramat. Di gunung itu dulu suka ada ritual penduduk," ujarnya kepada detiTravel saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.

Begitu juga dengan pengalaman detikTravel ketika hendak mengunjungi Danau Haji Buang, di kampung Payung-Payung. Kali itu kami membutuhkan tumpangan sepeda motor, untuk mempersingkat waktu di perjalanan menuju kesana. Namun, tak satu pun dari penduduk mau menyebutkan harga.

Sifat mayoritas penduduk di Pulau Maratua dan Pulau Derawan, cukup terbuka, setiap kita lemparkan sapaan juga senyum ramah, mereka tak ragu membalasnya bahkan menceritakan banyak hal. "Saya menyambut baik para wisatawan yang hadir ke Pulau Derawan, dampaknya juga baik ke penduduk," ujar Serlina (38), pedagang kaos di Pulau Derawan.

detikTravel sendiri, mendapat kesempatan menghabiskan senja di Pantai Payung-Payung, Maratua. Di sini penduduk asli, mengambilkan buah kelapa muda langsung dari pohon dan memotong dengan peralatan seadanya. Kami meminum bersama, duduk-duduk di paguyuban, sembari menyapa setiap orang yang lewat. Sungguh menyenangkan dan bersahabat!

(sst/sst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads