Berjarak hanya sekitar 10 meter dari bibir pantai, baik di Pulau Derawan maupun Pulau Maratua, rumah-rumah penduduk asli berbaris. Di perkampungan ini arsitektur tempatnya adalah rumah yang saling berhadapan dan dibelah oleh jalanan yang cukup besar. Jalannya tidak beraspal, namun cukup padat untuk ditapaki kaki, sepeda dan sepeda motor.
Sore menjelang, kita akan banyak menemui penduduk yang 'nongkrong' di teras rumah mereka. Setiap berpapasan dengan mereka, tak ada salahnya kita melemparkan senyum ramah sembari mengucap salam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila obrolan bergulir, penduduk asli Pulau Maratua dan Pulau Derawan, yang biasanya berasal dari Suku Dayak dan Suku Bajou Sulu ini terbuka untuk menceritakan sejarah, dan adat tradisi mereka. Maka, jangan ragu untuk bicara dengan warga, tentunya dengan tutur yang sopan dan halus, agar tak menyinggung penduduk.
Bisa dibilang warga di Pulau Maratua, juga jauh dari sifat komersil, yang memiliki kecenderungan memanfaatkan para wisatawan. Mereka justru senang berbagi kisah dan membantu para wisatawan untuk mengenal lebih dekat pulau mereka.
Misalnya Wilson (30), ia yang sehari-hari bekerja sebagai petugas di penginapan Maratua Paradis, mau menceritakan cerita rakyat di sana. Ia juga pernah menjadi pemandu tur dadakan ketika Nadine Chandrawinata bertandang ke Pulau Maratua.
"Kemarin juga waktu Mbak Nadine, sama temannya, saya yang dibawa kesana-kesini. Sampai melihat goa, melihat gunung yang kami anggap keramat. Di gunung itu dulu suka ada ritual penduduk," ujarnya kepada detiTravel saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.
Begitu juga dengan pengalaman detikTravel ketika hendak mengunjungi Danau Haji Buang, di kampung Payung-Payung. Kali itu kami membutuhkan tumpangan sepeda motor, untuk mempersingkat waktu di perjalanan menuju kesana. Namun, tak satu pun dari penduduk mau menyebutkan harga.
Sifat mayoritas penduduk di Pulau Maratua dan Pulau Derawan, cukup terbuka, setiap kita lemparkan sapaan juga senyum ramah, mereka tak ragu membalasnya bahkan menceritakan banyak hal. "Saya menyambut baik para wisatawan yang hadir ke Pulau Derawan, dampaknya juga baik ke penduduk," ujar Serlina (38), pedagang kaos di Pulau Derawan.
detikTravel sendiri, mendapat kesempatan menghabiskan senja di Pantai Payung-Payung, Maratua. Di sini penduduk asli, mengambilkan buah kelapa muda langsung dari pohon dan memotong dengan peralatan seadanya. Kami meminum bersama, duduk-duduk di paguyuban, sembari menyapa setiap orang yang lewat. Sungguh menyenangkan dan bersahabat!
(sst/sst)












































Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Kata Jokowi soal Whoosh Bikin Rugi: Itu Investasi
Whoosh Diterpa Dugaan Korupsi, KPK: Pengusutan Tidak Ganggu Operasional