Tak butuh waktu lama untuk sampai ke Desa Tanjung Karang. Hanya butuh 45 menit dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, hingga akhirnya saya bersama rombongan Kemenparekraf tiba di desa ini.
Minggu (15/12) lalu, Tanjung Karang dicanangkan sebagai Desa Wisata oleh Menparekraf Mari Elka Pangestu dan Gubernur Sulawesi Tengah. Menurut Mari saat itu, alam bawah laut Tanjung Karang memang indah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanjung Karang sudah jadi tempat wisata sejak tahun 2000. Mayoritas turis datang dari mancanegara, hampir semuanya Eropa," tutur Iwan, Kepala Desa Wisata Tanjung Karang kepada detikTravel, beberapa waktu lalu.
Sampai saat ini hanya ada 1 dive resort dan beberapa homestay untuk menginap. Di Prince John Dive Resort hari itu, ada beberapa turis asing yang menikmati suasana Desa Tanjung Karang. Meski begitu, desa ini sangat bersih. Tak ada sampah berceceran seperti di kebanyakan tempat wisata.
"Dalam setahun sekitar 6.000 turis asing datang ke sini, itu pun tak semuanya terdata," tambah Iwan.
Magnet utama turis asing di desa ini, tentu saja spot-spot diving. Perairan di Desa Tanjung Karang sangat jernih, biota lautnya pun banyak. Ada Wall Reef mirip seperti yang ada di Bunaken, juga kapal karam yang jadi habitat banyak hewan laut dan terumbu karang.
Kapal yang berjuluk 'Taksi Wisata' siap mengantar wisatawan menuju spot-spot diving, juga berkeliling perairan di sekitar desa. Taksi Wisata ini punya satu bagian kaca di bawahnya, memungkinkan turis untuk melihat kondisi perairan di bawah kapal.
"Harga sewanya mulai Rp 50.000-100.000 PP. Cukup murah karena bisa muat belasan orang," tutur Iwan.
Anda yang ingin seru-seruan bersama teman dan keluarga juga bisa menyewa banana boat. Harganya terjangkau, Rp 25.000 per orang. Banana boat juga jadi salah satu favorit turis asing di sana.
"Ya, memang turis domestik masih cukup sedikit. Paling yang dari Palu, untuk wisata akhir pekan," tutup Iwan.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!