4 Desa Wisata di Sekitar Jakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Desa Unik

4 Desa Wisata di Sekitar Jakarta

- detikTravel
Kamis, 13 Mar 2014 07:27 WIB
4 Desa Wisata di Sekitar Jakarta
Rangkasbitung - Warga Jakarta tak perlu pergi jauh untuk menikmati atmosfer desa wisata. Setidaknya ada 4 desa wisata keren di sekitar Jakarta, bisa Anda sambangi di akhir pekan.

Bingung mencari destinasi wisata akhir pekan? Bertualang ke Desa wisata bisa jadi jawabannya. 4 Desa ini misalnya, terletak tidak terlalu Jakarta. Dihimpun detikTravel, Kamis (13/3/2014), berikut daftarnya:

1. Kanekes, Banten

(Bella Moulina/d'Traveler)
Masyarakat Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak adalah destinasi wisata budaya populer di kalangan turis. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Kota Rangkasbitung. Di sini, traveler akan merasakan kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam.

Penduduk Desa Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar memang menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara ternak berkaki empat, bepergian naik kendaraan, atau menggunakan alat elektronik. Panorama alamnya juga sangat cantik.

1. Kanekes, Banten

(Bella Moulina/d'Traveler)
Masyarakat Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak adalah destinasi wisata budaya populer di kalangan turis. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Kota Rangkasbitung. Di sini, traveler akan merasakan kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam.

Penduduk Desa Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar memang menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara ternak berkaki empat, bepergian naik kendaraan, atau menggunakan alat elektronik. Panorama alamnya juga sangat cantik.

2. Citorek, Banten

(Disbudpar Banten)
Masih di Kabupaten Lebak, ada desa adat Citorek terletak di Kecamatan Cibeber. Tradisi dan kebudayaan di Citorek masih sangat kental, tak kalah dengan Desa Kanekes.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Meski begitu, banyak yang punya rumah lengkap dengan perabotan modern. Bahkan ada yang memiliki mobil dan motor, tak seperti Kanekes yang masih tradisional.

Namun tradisi tetaplah tradisi, dan masyarakat Citorek memegangnya teguh. Para pria dewasa di Desa Citorek biasa mengenakan ikat kepala dari kain batik. Artinya, mereka terikat satu sama lain oleh norma adat setempat.

Para petani hanya boleh memanen pagi sekali dalam setahun. Pasca panen, sawah dialihfungsikan menjadi kolam ikan. Warga setempat percaya kalau ada yang bertani lebih dari 1 kali dalam setahun, padinya tak akan tumbuh dengan sempurna.

2. Citorek, Banten

(Disbudpar Banten)
Masih di Kabupaten Lebak, ada desa adat Citorek terletak di Kecamatan Cibeber. Tradisi dan kebudayaan di Citorek masih sangat kental, tak kalah dengan Desa Kanekes.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Meski begitu, banyak yang punya rumah lengkap dengan perabotan modern. Bahkan ada yang memiliki mobil dan motor, tak seperti Kanekes yang masih tradisional.

Namun tradisi tetaplah tradisi, dan masyarakat Citorek memegangnya teguh. Para pria dewasa di Desa Citorek biasa mengenakan ikat kepala dari kain batik. Artinya, mereka terikat satu sama lain oleh norma adat setempat.

Para petani hanya boleh memanen pagi sekali dalam setahun. Pasca panen, sawah dialihfungsikan menjadi kolam ikan. Warga setempat percaya kalau ada yang bertani lebih dari 1 kali dalam setahun, padinya tak akan tumbuh dengan sempurna.

3. Cisungsang, Banten

(Disbudpar Banten)
Masih di dekat Kota Rangkasbitung, ada desa adat Cisungsang yang letaknya persis di kaki Gunung Halimun. Nama 'Cisungsang' berasal dari salah satu sungai yang hulunya berada di Talaga Sangga Buana.

Sama seperti Kanekes, desa ini dipimpin seorang Kepala Adat. Dia ditunjuk lewat proses wangsit dari leluhur. Mayoritas penduduknya berbicara Bahasa Sunda, berprofesi sebagai petani dan pedagang. Mereka masih mempertahankan nilai-nilai tradisi dan budaya yang hampir sama dengan Kanekes.

Pemandangan alam di Cisungsang luar biasa indahnya. Karena terletak di kaki Gunung Halimun, pesawahan dan perbukitan membentang di sekelilingnya.

3. Cisungsang, Banten

(Disbudpar Banten)
Masih di dekat Kota Rangkasbitung, ada desa adat Cisungsang yang letaknya persis di kaki Gunung Halimun. Nama 'Cisungsang' berasal dari salah satu sungai yang hulunya berada di Talaga Sangga Buana.

Sama seperti Kanekes, desa ini dipimpin seorang Kepala Adat. Dia ditunjuk lewat proses wangsit dari leluhur. Mayoritas penduduknya berbicara Bahasa Sunda, berprofesi sebagai petani dan pedagang. Mereka masih mempertahankan nilai-nilai tradisi dan budaya yang hampir sama dengan Kanekes.

Pemandangan alam di Cisungsang luar biasa indahnya. Karena terletak di kaki Gunung Halimun, pesawahan dan perbukitan membentang di sekelilingnya.

4. Sarongge, Cianjur

(parekraf.go.id)
Tak banyak traveler yang tahu, ada desa wisata cantik di kaki Gunung Gede Pangrango. Inilah Sarongge, yang memang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Warga Desa Sarongge adalah petani kebun sayur dengan sistem tumpang sari. Desa ini didominasi kebun sayur dan teh, pemandangannya sangat memukau. Traveler bisa menikmati udara sejuk nan bersih, juga menyambangi peternakan kambing dan kelinci.

4. Sarongge, Cianjur

(parekraf.go.id)
Tak banyak traveler yang tahu, ada desa wisata cantik di kaki Gunung Gede Pangrango. Inilah Sarongge, yang memang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Warga Desa Sarongge adalah petani kebun sayur dengan sistem tumpang sari. Desa ini didominasi kebun sayur dan teh, pemandangannya sangat memukau. Traveler bisa menikmati udara sejuk nan bersih, juga menyambangi peternakan kambing dan kelinci.
Halaman 2 dari 10
Masyarakat Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak adalah destinasi wisata budaya populer di kalangan turis. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Kota Rangkasbitung. Di sini, traveler akan merasakan kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam.

Penduduk Desa Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar memang menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara ternak berkaki empat, bepergian naik kendaraan, atau menggunakan alat elektronik. Panorama alamnya juga sangat cantik.

Masyarakat Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak adalah destinasi wisata budaya populer di kalangan turis. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Kota Rangkasbitung. Di sini, traveler akan merasakan kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam.

Penduduk Desa Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar memang menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara ternak berkaki empat, bepergian naik kendaraan, atau menggunakan alat elektronik. Panorama alamnya juga sangat cantik.

Masih di Kabupaten Lebak, ada desa adat Citorek terletak di Kecamatan Cibeber. Tradisi dan kebudayaan di Citorek masih sangat kental, tak kalah dengan Desa Kanekes.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Meski begitu, banyak yang punya rumah lengkap dengan perabotan modern. Bahkan ada yang memiliki mobil dan motor, tak seperti Kanekes yang masih tradisional.

Namun tradisi tetaplah tradisi, dan masyarakat Citorek memegangnya teguh. Para pria dewasa di Desa Citorek biasa mengenakan ikat kepala dari kain batik. Artinya, mereka terikat satu sama lain oleh norma adat setempat.

Para petani hanya boleh memanen pagi sekali dalam setahun. Pasca panen, sawah dialihfungsikan menjadi kolam ikan. Warga setempat percaya kalau ada yang bertani lebih dari 1 kali dalam setahun, padinya tak akan tumbuh dengan sempurna.

Masih di Kabupaten Lebak, ada desa adat Citorek terletak di Kecamatan Cibeber. Tradisi dan kebudayaan di Citorek masih sangat kental, tak kalah dengan Desa Kanekes.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Meski begitu, banyak yang punya rumah lengkap dengan perabotan modern. Bahkan ada yang memiliki mobil dan motor, tak seperti Kanekes yang masih tradisional.

Namun tradisi tetaplah tradisi, dan masyarakat Citorek memegangnya teguh. Para pria dewasa di Desa Citorek biasa mengenakan ikat kepala dari kain batik. Artinya, mereka terikat satu sama lain oleh norma adat setempat.

Para petani hanya boleh memanen pagi sekali dalam setahun. Pasca panen, sawah dialihfungsikan menjadi kolam ikan. Warga setempat percaya kalau ada yang bertani lebih dari 1 kali dalam setahun, padinya tak akan tumbuh dengan sempurna.

Masih di dekat Kota Rangkasbitung, ada desa adat Cisungsang yang letaknya persis di kaki Gunung Halimun. Nama 'Cisungsang' berasal dari salah satu sungai yang hulunya berada di Talaga Sangga Buana.

Sama seperti Kanekes, desa ini dipimpin seorang Kepala Adat. Dia ditunjuk lewat proses wangsit dari leluhur. Mayoritas penduduknya berbicara Bahasa Sunda, berprofesi sebagai petani dan pedagang. Mereka masih mempertahankan nilai-nilai tradisi dan budaya yang hampir sama dengan Kanekes.

Pemandangan alam di Cisungsang luar biasa indahnya. Karena terletak di kaki Gunung Halimun, pesawahan dan perbukitan membentang di sekelilingnya.

Masih di dekat Kota Rangkasbitung, ada desa adat Cisungsang yang letaknya persis di kaki Gunung Halimun. Nama 'Cisungsang' berasal dari salah satu sungai yang hulunya berada di Talaga Sangga Buana.

Sama seperti Kanekes, desa ini dipimpin seorang Kepala Adat. Dia ditunjuk lewat proses wangsit dari leluhur. Mayoritas penduduknya berbicara Bahasa Sunda, berprofesi sebagai petani dan pedagang. Mereka masih mempertahankan nilai-nilai tradisi dan budaya yang hampir sama dengan Kanekes.

Pemandangan alam di Cisungsang luar biasa indahnya. Karena terletak di kaki Gunung Halimun, pesawahan dan perbukitan membentang di sekelilingnya.

Tak banyak traveler yang tahu, ada desa wisata cantik di kaki Gunung Gede Pangrango. Inilah Sarongge, yang memang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Warga Desa Sarongge adalah petani kebun sayur dengan sistem tumpang sari. Desa ini didominasi kebun sayur dan teh, pemandangannya sangat memukau. Traveler bisa menikmati udara sejuk nan bersih, juga menyambangi peternakan kambing dan kelinci.

Tak banyak traveler yang tahu, ada desa wisata cantik di kaki Gunung Gede Pangrango. Inilah Sarongge, yang memang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Warga Desa Sarongge adalah petani kebun sayur dengan sistem tumpang sari. Desa ini didominasi kebun sayur dan teh, pemandangannya sangat memukau. Traveler bisa menikmati udara sejuk nan bersih, juga menyambangi peternakan kambing dan kelinci.

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads