Mengintip Tempat Mandi Para Selir Sultan Yogya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Pemandian

Mengintip Tempat Mandi Para Selir Sultan Yogya

- detikTravel
Kamis, 03 Apr 2014 08:47 WIB
Kolam Utama atau biasa disebut Umbul Pasiraman (Lenny Permata Kusuma/d'Traveler)
Yogyakarta - Mandi merupakan salah satu ritual penting sejak dahulu, khususnya pada masa kerajaan. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat misalnya, memiliki Taman Sari, tempat pemandian bersejarah khusus untuk Sultan dan selirnya.

Awalnya, Taman Sari dibangun dari bekas keraton lama yang berfungsi sebagai tempat istirahat kereta kuda. Selain sebagai tempat pemandian, juga berfungsi sebagai kebun kerajaan dan benteng. Dikumpulkan oleh detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (3/4/2014), inilah tempat mandi para selir Sultan Yogya.

Komplek Taman Sari dibuat tahun 1758-1765, pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, Sultan pertama Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Tumenggung Mangundipiro ditunjuk sebagai pemimpin proyek pembangunan Taman Sari. Sedangkan biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko. Madiun pun dibebaskan dari pajak sebagai gantinya.

Dalam proses pembangunannya, alih kendali pun digantikan oleh Pangeran Notokusumo. Dibantu dengan arsitek Portugis bernama Demang Tegis. Hasilnya, Taman Sari juga menjadi benteng pertahanan terakhir jika istana diserang.

Taman Sari, atau yang biasa juga disebut dengan istana air, memiliki luas 10 hektar lebih. Lengkap dengan 57 bangunan yang terdiri dari gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, hingga lorong bawah air. Namun, sekarang Taman Sari sudah tidak seluas dulu.

Komplek Taman sari dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama terdiri dari danau buatan yang biasa disebut Segaran. Di tengah-tengah Segaran terdapat bangunan yang bernama Gedhong Kenongo, yang berada di atas Pulo Kenongo dan membuat gedung ini seolah mengambang sehingga disebut istana air.

Sedangkan di sisi selatan ada Pulo Cemethi, dengan bangunan berlantai dua, Pulo Panembung. Sisi ini sedang dalam renovasi besar-besaran. Sedangkan di sisi baratnya terdapat bangunan berbentuk lingkaran yang disebut Sumur Gumuling.

Uniknya, Sumur Gumuling hanya bisa dicapai dengan melewati terowongan bawah air. Di dalamnya terdapat lorong yang melingkar, dengan empat buah tangga yang dipertemukan di bagian tengah, dan terdapat satu tangga untuk menuju lantai dua. Konon, dibawah tangga-tangga tersebut digunakan sebagai tempat berwudhu berupa kolam kecil. Berfungsi juga sebagai masjid.

Sedangkan bagian kedua di sisi selatan Danau Segaran adalah bagian yang relatif paling utuh. Terdapat bangunan seperti Gedhong Gapura Hageng yang merupakan gerbang utama taman.

Ada juga Pemandian Umbul Binangun atau Umbul Pasiraman, merupakan kolam pemandian bagi Sultan, permaisuri, selir dan putra-putri Sultan. Juga terdapat Gedhong Sekawan, Gedhong Gapuro Panggung dan Gedhong Temanten. Bagian ini adalah bagian yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Bagian ketiga ditempati oleh Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati. Namun, bagian ketiga ini tidak banyak meninggalkan saksi sejarah. Di bagian terahir, terdapat kompleks Magangan.

Sebenarnya masih ada bagian keempat, namun kini sudah tidak tersisa lagi, kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Di dermaga inilah dulu Sultan masuk dengan menaiki sampan. Kabarnya, bagian ini telah menjadi kampung Ngadisuryan.

Ada baiknya Anda menggunakan jasa pemandu untuk mendapatkan informasi mengenai setiap bangunan yang ada. Bayarannya pun seikhlas Anda, asal sesuai. Taman Sari pun mudah ditemui, terletak di Jl Ngasem, Yogyakarta.

Sekarang komplek Taman Sari memang tidak seluas dan seindah dulu, namun masih terlihat jelas sisa kejayaan dan keindahannya. Anda pun masih bisa membayangkan bagaimana seorang sultan mandi bersama selirnya dulu di sini. Megah!

(shf/shf)

Hide Ads