Maklum saja, ini bukanlah perlombaan pacuan kuda pada umumnya. Ini adalah pacuan kuda tradisional yang jauh dari standar internasional. Dalam pacuan ini, jokinya bukan orang dewasa melainkan anak-anak. Pacuan kuda kali ini ada di dalam rangkaian acara Festival Bau Nyale di kawasan Pantai Seger, Lombok Tengah.
Mengapa anak-anak? Agar penunggangnya ringan dan tidak membuat gerakan sang kuda lebih lambat. Tidak semua anak-anak bisa menjadi joki. Hanya anak laki-laki dengan rentang umur dari 5-7 tahun saja. Itupun, harus yang badannya kurus. Di atas 7 tahun, mereka sudah dianggap terlalu berat dan tidak bisa menjadi joki.
Ini terjadi karena banyak kelas yang diadakan di perlombaan ini. Beberapa kelas terendah mengategorikan kuda lokal yang kecil di dalam satu kelas. Tak heran mengapa mereka butuh joki yang kurus dan kecil.
Nah, anak-anak ini pun tidak memiliki seragam untuk berlomba. Hal yang wajib digunakan hanyalah helm. Itupun helm anak-anak yang bisa dibilang tidak terlalu aman. Baju yang digunakan seadanya, kebanyakan malah mengenakan piyama tidur yang tipis dan bergambar kartun.
Sekilas, para joki cilik ini tampak seperti anak-anak biasa yang iseng mengenakan helm kecil dan membawa pecut kecil. Namun setelah berada di atas kuda, semua terlihat berbeda. Tanpa pelana dan pegangan, mereka harus bisa tetap berada di atas kuda, sambil memacu untuk jadi pemenang.
Kadang, mereka menarik rambut kuda untuk dijadikan pegangan agar tidak jatuh. Atau, mengalungkan tangan di leher kuda dan menjepit kedua kaki di perut kuda. Tak ayal, ada juga kecelakaan terjadi, seperti terpental dari kuda atau jatuh bersama kuda.
Namun itu tidak membuat mereka kapok. Entah karena hobi, penasaran, atau kebutuhan ekonomi. Mereka tetap menjadi joki cilik pemberani yang menantang nyawa di atas punggung kuda.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo
Profil Menteri Haji Era Presiden Prabowo, Gus Irfan yang Hobi Sepedaan