Mengintip Proses Pembuatan Tenun NTT di Kupang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengintip Proses Pembuatan Tenun NTT di Kupang

- detikTravel
Senin, 19 Mei 2014 09:20 WIB
Para penenun di Kupang (Hesti/detikTravel)
Kupang - Wilayah Indonesia Timur dikenal dengan kerajinan tenun yang beraneka ragam, salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Kupang, wisatawan bisa melihat kekayaan variasi tenun yang cocok dibeli untuk buah tangan.

NTT terdiri dari 21 kabupaten, dan tiap kabupaten memiliki jenis tenun yang berbeda-beda baik dari warna juga motifnya. Tenun Sumba bisa berbeda dengan tenun Ende, begitu pula Sikka, Alor, Rote serta Malaka. Masing-masing memiliki ciri khas dan keistimewaannya sendiri dan tiap helai kainnya masih diproduksi secara manual oleh tenaga manusia.

Saat berkunjung ke Kupang yang merupakan ibukota NTT, detiktravel menyempatkan datang ke toko yang menjual berbagai kerajinan tenun di sana, bernama Ina Ndao. Tempat ini juga merupakan salah satu rumah produksi tenun dan kerajinan lainnya di NTT.

Bagian depan toko terpampang berbagai koleksi pakaian, syal, kain, tas, dompet juga sepatu yang terbuat dari tenun. Ada pula alat musik Sasando, aksesori kalung dan gelang serta replika komodo berukurang kecil. Masuk lebih ke dalam, barulah saya bertemu dengan para pengrajin yang sedang sibuk membuat tenun.

Proses pembuatan terbagi menjadi enam tahap. Pertama, mengumpulkan bola benang sebagai bahan utama membuat tenun. Jenis benang pun berbeda-beda, ada yang terbuat dari katun, rayon juga kapas. Kedua adalah 'menghani', yaitu menyusun bola-bola benang tadi di atas mesin tenun. Kemudian benang lain diikatkan di atas 'hani' untuk membentuk motif, lalu dicelup ke bahan pewarna. Setelah itu motif kembali diatur menggunakan tangan dan mesin dan dimulailah proses menenun.

Pembuatan hingga menjadi sehelai kain tenun bisa memakan waktu sampai dua minggu, apabila yang mengerjakan enam tahap tersebut hanya satu orang. Namun produksi bisa lebih cepat jika tenun dibuat oleh satu tim berjumlah enam orang, yang masing-masing bertanggungjawab pada setiap tahapan.

"Satu bulan bisa menghasilkan sekitar 400-500 lembar karena binaan kami banyak. Ada sekitar 2.000 kelompok (penenun) yang tersebar di 21 kabupaten," ujar Yus Lussi, pengelola sekaligus pemilik toko Ina Ndao.

Yus juga menjelaskan, harga produk tenun yang dijual di tokonya bisa sangat bervariasi. Mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan dan kerumitan motif serta warnanya. Semakin rumit dan banyak warna, maka harganya akan makin mahal.

"Syal ada yang Rp 15 ribu, lebarnya 10 cm. Ada juga yang Rp 35-40 ribu. Yang membedakan harga adalah prosesnya. Tenun Sumba rata-rata Rp 2-3 juta karena prosesnya sulit dan bisa dikerjalan sampai dua atau tiga bulan. Paling mahal ada yang sampai Rp 5 juta untuk kain," tutur pria yang sudah 23 tahun menjalani bisnis tenun ini.

Salah satu yang menjadikan tenun Sumba dihargai cukup tinggi, adalah proses pewarnaan yang menggunakan bahan alami. Warna yang didominasi cokelat dan oranye didapat dari dedaunan, batang dan akar-akaran dari jenis pohon tertentu, di antaranya pohon mengkudu.

Jika Anda berkunjung ke Kupang dan tertarik untuk membeli tenun hasil kerajinan penduduk asli NTT, jangan ragu untuk datang ke sini. Ina Ndao berlokasi di Jl Kebun Raja II, Naikoten I, Kupang, Nusa Tenggara Timur.

(aff/aff)

Hide Ads