"Barang-barang di dalam Museum Pusaka Nias ini seperti batu megalitikum, patung, ukiran dan pakaian yang umunrnya mencapai ratusan tahun," ujar pendiri Museum Pusaka Nias, Johannes Hammerle kepada rombongan Kemenparekraf dan wartawan beberapa waktu lalu di Museum Pusaka Nias, Jl Yos Sudarso No 134 A, Gunungsitoli, Nias.
Johannes mengajak para rombongan berjalan-jalan mengelilingi museum. Museumnya luas, bersih dan tertata dengan rapi. Di setiap koleksi, ada informasi mengenai barang tersebut dari asal muasal hingga fungsinya dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
"Total ada 6.000 koleksi di dalam museum ini," tutur Johannes yang berasal dari Jerman dan sudah menetap di Nias sejak tahun 1971.
Begitu masuk ke dalam museum, ada pedang Tologu yang bersejarah. Pedang ini dipakai oleh bangsawan dari Desa Bawodobara di Teluk Dalam, Nias Selatan. Uniknya, di pedang tersebut ditempel rago yakni bola rotan yang didalamnya berisi kekuatan magis.
Lalu, ada juga Oroba Buaya atau baju perang yang terbuat dari kulit buaya. Usut punya usut, baju perang ini justru pemberian dari Horst Krank, mantan misionaris yang pernah membantu misi gereja Protestan di Pulau Nias. Dia menyumbangkan baju perang itu saat berkunjung ke Museum Pusaka Nias di tahun 2007.
"Kami menyelamatkan barang-barang di sini dari para kolektor atau sudah ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat," kata Johannes.
Menurut Johannes, sebelum diselamatkan, barang-barang bersejarah di dalam museumnya sempat mau dijual ke Medan atau ke Jakarta. Harganya pun tak main-main.
"Seperti hiasan langit-langit ini. Kami harus mengeluarkan biaya Rp 40 juta untuk menyelamatkannya," katanya sembari menunjuk hiasan yang terbuat dari kayu tersebut.
Selain itu, masih banyak barang peninggalan bersejarah lainnya, seperti perkakas dari batu yang digunakan masyarakat Nias pada ratusan tahun lalu untuk memasak atau menyimpan perhiasan sampai patung-patung yang dulunya 'disembah', seperti patung Siraha Horo.
Dalam informasi yang dijelaskan, orang zaman dulu yang baru kembali pulang dari perburuan kepala manusia, 'membersihkan diri' dengan melakukan ritual di depan patung Siraha Horo. Itu bertujuan untuk melepaskan kesalahan dan dosa mereka.
Museum Pusaka Nias buka dari hari Selasa sampai Sabtu dari pukul 08.00 WIB sampai 16.30 WIB. Tiket masuknya hanya Rp 2 ribu saja.
Museum Pusaka Nias memang bagaikan tempatnya harta karun Pulau Nias. Banyak benda-benda bersejarah yang memiliki cerita menarik dan mungkin tak ada duanya di dunia.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana