Empal Gentong adalah soto gule daging khas Cirebon yang dimasak dalam gentong besar dari tanah liat dan apinya dari kayu bakar. Ada dua jenis empal yaitu Empal Gentong yang berkuah santan dan bertabur kucai, serta Empal Asem yang berkuah bening dan citarasa asam dari belimbing wuluh.
Wisatawan yang ingin berburu kuliner ini, bisa pergi ke daerah Plered di Kabupaten Cirebon. Ada belasan bahkan puluhan lapak Empal Gentong dari Jl Juanda, Battembat sampai ke Plered dan sampai ke Desa Megu. Ini adalah jalan raya dari Cirebon ke Bandung. Battembat disebut sebagai tempat kelahiran Empal Gentong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikTravel datang ke tempat ini pekan lalu, beberapa hari setelah Lebaran. Suasananya macet! Di pinggir jalan penuh mobil berplat B atau D, para traveler yang mudik ke Cirebon dan tentu kangen makan Empal Gentong.
Melirik ruang makan Apud dan Amarta pun sudah penuh sesak. Orang sampai berdiri untuk menunggu meja kosong, bahkan banyak keluarga berbagi meja makan dengan keluarga lainnya. Sebenarnya, siapa yang Empal Gentongnya lebih enak? Saya pun bertanya dengan seorang pengunjung yang asli Cirebon.
"Sebenarnya yang paling legendaris buat orang Cirebon asli itu Empal Gentong Mang Darma di daerah Krucuk samping Bank BTN. Cuma Apud dan Amarta sekarang populer. Mana yang paling enak, itu bergantung selera orang," ujar Budi, seorang pengunjung yang asli Cirebon.
Karena Amarta sangat penuh, saya pun masuk ke Apud dan masih mendapat meja di paling ujung. Nah sekarang kita bicara menu. Empal bisa dipesan dengan kategori daging, babat, usus atau kikil, tinggal nanti mau dalam versi Empal Gentong atau Empal Asem. Yang khawatir dengan kolesterol, mendingan pesan daging saja. Sedangkan saya pesan dalam dua versi.
Rasanya sedap! Empal Gentong itu gurih dengan bumbu yang meresap, taburan kucai dan bawang goreng menambah citarasa. Sedangkan Empal Asem rasanya segar karena tomat dan belimbing wuluhnya. Saya angkat dua jempol. Sebagai pelengkap, disediakan juga menu Sate Kambing.
Seporsi Empal Gentong atau Empal Asem harganya Rp 18.000. Seporsi sate kambing dengan 10 tusuk harganya Rp 30.000. Untuk variasi minuman ada es kelapa, es jeruk, es teh manis atau aneka teh botol.
Jadi Anda mau pilih mana, Apud atau Amarta? Apud sudah berjualan sejak 1993 dan bisa dibilang yang meramaikan kawasan itu. Sedangkan Amarta mengklaim pihaknya yang menciptakan Empal Asem yang dijual juga oleh Apud.
Sebagai orang asli Cirebon, saya malah punya pendapat lain. Selain juga Mang Darma di Krucuk yang legendaris, warung-warung Empal Gentong lain mungkin malah lebih nendang rasanya. Kenapa?
Empal Gentong yang tradisional, dagingnya diambil dari dalam gentongnya sehingga dalam kondisi panas dan bumbunya masih fresh meresap di daging. Sedangkan Apud dan Amarta, karena alasan efisiensi waktu dalam melayani ratusan pembeli, dagingnya sudah disiapkan terpisah nantinya baru disiram kuah. Itu yang menurut saya membuat bumbunya kuat di kuah, tapi kurang menempel di daging.
Apud, Amarta, Darma atau aneka warung-warung Empal Gentong di Cirebon pasti punya penggemarnya sendiri. Biar puas, rasanya para traveler perlu mencoba semua. Satu hal yang pasti, Cirebon adalah destinasi wisata kuliner yang mantap!
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau