detikTravel berkesempatan mengunjungi salah satu makam di Desa Kete Kesu, Senin (11/8/2014) di siang hari. Meski terbilang seram, namun pemakaman yang terletaknya di tebing bebatuan ini tak terlalu menakutkan.
Tengkorak dan tulang belulang tampak berserakan di sisi dan atas tebing yang sudah dilubangi untuk menaruh peti mati dan mayat seseorang yang sudah meninggal. Rupanya bagi adat dan kepercayaan orang Toraja, menguburkan mayat manusia di tebing bebatuan memiliki arti yang sangat baik. Mereka hanya ingin tak mengotori tanah dan bumi dengan jasad mereka yang sudah mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada tiga cara pemakaman unik yang digunakan oleh masyarakat adat Toraja. Yakni Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Bagi sebagian orang kaya, terkadang juga dikubur di makan batu berukir.
Makam tersebut biasanya terbilang cukup mahal dan butuh waktu yang sangat lama dalam proses pembuatannya. "Prosesnya bisa sampai berbulan-bulan itu," tuturnya lagi.
Bahkan di beberapa daerah, gua batu juga sengaja digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Di lokasi itu juga terdapat Patung kayu yang disebut Tau Tau yang diletakan dibagian terluar gua menghadap ke luar. Tujuannya untuk megetahui siapa saja anggota keluarga yang sudah mati dan dimakamkan disana.
Peti mati bayi atau anak-anak biasanya digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum akhirnya membusuk dan membuat petinya terjatuh.
Itulah adat pemakaman yang unik di Toraja, namun tak menakutkan. Ingat, asalkan berkunjung pada siang hari ya. Bisa jadi lain ceritanya kalau Anda datang pada malam hari.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus