Pasar khusus kerbau ini ada karena beragam keunikan dan adat istiadatnya yang perlu dipertahankan. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara mendirikannya disebuah tanah lapang yang sangat luas ditengah pasar.
Disekelilingnya juga terdapat kandang-kandang kerbau yang terbuka dan dapat dilihat oleh masyarakat umum. Kerbau itu diberi makan dan dimandikan di sana. Bahkan untuk transaksipun juga dilakukan di area terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi kebiasan itu sudah mulai sedikit hilang karena banyaknya penjual dan pembeli kerbau yang berasal dari masyarakat luar Toraja. Sekarang untuk transaksi si pembeli bisa langsung tawar-menawar dengan pemiliknya tanpa harus dengan bersalaman dan menggerakan simbol jari.
Hewan memamabiak itu memang dipercaya sebagai simbol status sosial dan kendaraan bagi arwah menuju Puya (dunia akhirat-red). Kerbau pun memiliki kedudukan unik bagi masyarakat Toraja. Ia diternakkan dan sebagai alat pembajak sawah, sekaligus dianggap hewan sakral.
"Kerbau dianggap sebagai sesembahan tertinggi bagi masyarakat adat Toraja yang meninggal, melalui ritual rambu solo," ujar seorang pedagang kerbau, Kamis (14/8/2014).
Ada hal yang menarik lagi dalam ritual ini. Yakni jenis kerbau yang dikorbankan juga memiliki kasta beragam, antara lain ada tedong (kerbau-red) bonga, tedong pudu' dan tedong sambao'.
Tedong bonga adalah kerbau dengan kasta tertinggi. Dinamai bonga karena memiliki belang di sekujur tubuh. Tedong bonga ini juga memiliki beberapa jenis yang dibedakan lagi berdasarkan jenis dan belang tersebut berada dibagian tubuh mana.
Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulitnya didominasi dengan warna putih pucat, dengan bercak atau belang hitam di sekujur tubuh.
Tedong saleko inilah merupakan kerbau dengan harga termahal, mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah. Harganya sangat tergantung kondisi kerbau itu sendiri.
"Makin besar tanduk, makin panjang ekornya, dan bila lokasi belangnya di tempat persyaratan, maka makin mahal pula harganya. Terakhir saya mendengar ada juga yang terjual Rp1 miliar per ekor," urai salah seorang pedagang lainnya.
Tedong saleko adalah kerbau endemik Toraja. Ia sangat mahal mungkin karena digunakan buat ritual, dan sulit mendapatkan kerbau semacam ini.
Dibanding kerbau lain, proses pembiakan saleko relatif susah karena masa birahi betina yang sulit diketahui. Meskipun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (2002), pernah melaporkan dapat membiakkan melalui teknologi transfer embrio.
Kebutuhan kerbau di Sulawesi Selatan terbilang sangat tinggi, terutama buat ritual kematian rambu solo. Sedikitnya setiap tahun sekitar 18 ribu kerbau dipotong dalam upacara adat di Tana Toraja, atau sekitar 70 persen kebutuhan kerbau di daerah ini.
Di Sulawesi Selatan sendiri, peternakan kerbau banyak ditemukan di dua daerah, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Karena di kedua daerah tersebut kerbau menjadi ternak utama dan sebagai salah satu unsur terpenting dalam ritual kematian.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour