Keren! Monumen Perdamaian Dunia Ada di Ambon

Ambon - Dahulu Ambon sempat didera konflik SARA yang menelan korban jiwa. Namun kini tidak lagi, Ambon telah berubah menjadi kota yang damai. Buktinya adalah Monumen Gong Perdamaian Dunia yang ada di Ambon.

Monumen Gong Perdamaian Dunia di Ambon menjadi bukti nyata akan kondisi Ambon yang damai sekarang. Dikumpulkan oleh detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (2/10/2014), monumen ini diresmikan oleh Presiden SBY pada tanggal 25 November 2009 silam.

Adapun Monumen Gong Perdamaian Dunia ada di beberapa negara lain, serta beberapa tempat di Indonesia yang dahulu punya konflik berkepanjangan. Di Ambon sendiri, Monumen Gong Perdamaian Dunia ini didirikan untuk mengenang konflik kemanusiaan yang terjadi 15 tahun silam.

Pada 19 Januari 1999, terjadi konflik antara komunitas Muslim dan Kristen yang berbeda desa. Perbedaan itu bahkan membuat sesama orang Maluku saling serang dan membakar rumah lawannya. Tapi kini sudah tidak, dialog antar komunitas makin terjaga demi perdamaian.

Tepat pada tanggal 19 Januari, warga berkumpul di sekitar Gong Perdamaian Dunia setiap tahunnya. Tidak untuk berseteru, namun untuk berdialog melalui pawai, kesenian, dan musik. Tujuannya tentu untuk menjaga persaudaraan.

Gong Perdamaian Dunia yang terletak di Lapangan Pelita, Ambon, merupakan monumen perdamaian yang ke-35 di dunia. Gong dengan diameter seluas 2 meter dan berwarna keemasan ini menjadi kebanggaan Kota Ambon, bahkan Indonesia. Monumen ini menjadi bukti bahwa perdamaian dapat terjadi.

Di gong perdamaiannya tersemat semua agama dan bendera dunia. Dengan disangga dua pilar raksasa, di atas gong ini juga terdapat lambang Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Tak sedikit traveler berkunjung ke tempat ini untuk berfoto dan melihat kemegahan Monumen Gong Perdamaian Dunia dari dekat.

Untuk masuk ke wilayah gong ini, siapapun bisa masuk dengan terlebih dahulu merogoh kocek sekitar Rp 5.000. Sempatkanlah mengunjungi gong tersebut saat traveling ke Ambon. Pahamilah, berbeda bukan alasan untuk saling serang, melainkan untuk saling memahami.

(shf/shf)