Modal Kamera Poket, Hasil Jepretan 'Fotografer Keliling' di Ciwidey Tetap Oke

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Modal Kamera Poket, Hasil Jepretan 'Fotografer Keliling' di Ciwidey Tetap Oke

- detikTravel
Jumat, 03 Okt 2014 17:45 WIB
Juru foto Kawah Putih Ciwidey (Ari Saputra/detikTravel)
Bandung - Meski hanya bermodal kamera poket, namun hasil jepretan para 'juru foto keliling' di Kawah Putih Ciwidey Bandung patut diberi dua jempol. Mereka juga percaya diri men-setting wisatawan yang minta difoto, meski turis itu membawa kamera lebih bagus.

Kawasan wisata Kawah Putih Ciwidey Bandung terkenal dengan hamparan kawah putih kebiru-biruan. Banyak foto prewedding dihasilkan di sini meski belakangan mulai ditinggalkan sejak pengelola mengenakan tarif lokasi kelewat mahal, Rp 500.000/prewed.
Β 
Tetapi untuk foto-foto landscape dan liburan keluarga, Kawah Putih Ciwidey tetap favorit. Keindahan alamnya membuat tiket masuk senilai Rp150.000/mobil tidak dihiraukan. Sementara yang tidak ikhlas dengan tarif itu, masih bisa memarkir kendaraan di dekat pintu loket yang berjarak 5km dari bibir kawah dan melanjutkan dengan kendaraan umum.

"Saya pernah ke sini tahun 2008. Sekarang tetap takjub," kata wisawatan asal Jakarta, Roslina yang pada akhir pekan lalu ke Ciwidey (28/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sekian keunikan dan keindahan kawah putih Ciwidey, ada yang cukup mencuri perhatian. Yakni para juru foto keliling yang masih muda dan menjamur sejak pintu masuk di bibir kawah. Mereka menyebar merata hingga ke bagian tanah yang menjorok ke tengah kawah.

Jaket merah atau biru terang bertuliskan Canon terlihat mencolok di antara para wisatawan. Dibahu para 'Mat Kodak' ini menyelempang tas 'Selphy' berisi mesin printer kecil untuk mencetak hasil foto. Tangannya menenteng foto ukuran 4R sebagai portfolio yang ditawarkan ke turis.

"Cuma Rp 10.000 selembar. Bisa dipilih sebelum dicetak," kata juru foto itu berpromosi dengan ramah meski harus melawan hawa dingin dan bau belerang saban hari.

Beberapa wisatawan yang awalnya hanya berselfie dan memotret dengan kamera sendiri akhirnya tertarik. Setidaknya tak perlu repot-repot mencetak foto yang terkadang lupa dikerjakan setelah masuk komputer atau cuma tersimpan di smartphone.

Satu, dua, tiga, jeprettt....Juru foto keliling itu memencet shutter dengan percaya diri. Tidak cuma satu dua pose, melainkan beberapa kali jepret sebelum akhirnya dinilai menarik. Mereka juga mengarahkan pada spot-spot dengan background yang menarik.

Hasilnya diluar dugaan. Para juru foto tersebut mampu membuat komposisi lebih dinamis. Tidak melulu di tengah (dead central) melainkan sudah berimprovisasi di sisi kiri atau kanan. Ekpresi kebahagiaan si turis juga mampu terekam dengan baik. Selain itu, mereka juga percaya diri menseting wisatawan yang minta difoto, kendati turis itu membawa kamera lebih bagus.

Kalaupun yang dipotret berkelompok (lebih dari 3 orang), para juru foto berani mengarahkan gaya untuk mendapatkan 'koreografi' yang lebih kreatif, tidak mengelompok di tengah. Bisa ditebak, mereka mengenal komposisi 'rule of thirds' dengan baik.

"Ada pelatihan singkat sebelum motret. Sedikit-sedikit tahu cara motret yang bagus," kata Asep, seorang fotografer Ciwidey terdengar humble.

Setelah menunggu kurang dari 10 menit, foto cetak 4R sudah beralih tangan. Kualitas cetaknya juga terbilang bagus, warnanya tajam dan kertasnya oke. Banyak konsumen tersenyum bahagia karena murah dengan hasil yang tetap mewah.

(sst/sst)

Hide Ads