Turis Bule Sempat Dikira Penjajah Belanda Oleh Suku Sasak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Turis Bule Sempat Dikira Penjajah Belanda Oleh Suku Sasak

- detikTravel
Jumat, 14 Nov 2014 09:11 WIB
Turis asing yang berkunjung ke Desa Sade (Shafa/detikTravel)
Lombok Tengah - Desa Sade di Lombok Tengah terkenal di mata wisatawan mancanegara karena kain tenunnya. Tapi siapa sangka, dahulu warga Suku Sasak di Desa Sade sempat lari ke hutan ketika didatangi turis bule, disangka penjajah Belanda.

Sade adalah salah satu desa tradisional setempat yang dihuni oleh Suku Sasak. Mereka tinggal di sana sudah sejak lama. Saat ini, ada sekitar 150 rumah adat yang masih aktif dihuni masyarakatnya.

Desa ini seakan tak pernah didatangi wisatawan. Pertama karena bentuk rumahnya yang unik, dan proses pembuatannya juga yang mengandung kotoran sapi. Kedua, karena kerajinan tenunnya yang masih aktif dilakukan sebagai mata pencaharian sampingan bagi para wanitanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerita punya cerita, ternyata desa ini sudah kedatangan dari sekitar tahun 1980. Turis yang pertama datang ke sana adalah turis asing, namun tidak jelas dari asal negara mana.

"Menurut para tetua, turis asing yang pertama datang ke sini sekitar tahun 1980," kata pemandu wisata lokal, Seman, kepada detikTravel saat kunjungan wisata bersama BPPD NTB beberapa waktu lalu.

Mungkin kaget karena didatangi orang asing, banyak warga yang lari dan bersembunyi. Tak tanggung-tanggung, mereka berlari meninggalkan rumah menuju ke hutan.

"Mereka lari dan bersembunyi. Ketakutan karena ada orang bule, disangkanya penjajah," lanjut Seman.

Memang, saat itu belum terlalu jauh dari momen kemerdekaan Indonesia. Para warga pun mungkin masih trauma dan tidak mudah percaya dengan datangnya turis asing.

"Melihat orang tinggi, memakai celana panjang dan sepatu, langsung lari semua," tuturnya.

Kesalahpahaman ini bisa diselesaikan saat pemandu wisata yang juga orang asing mendatangi warga ke hutan. Serta, memberi tahu mereka bahwa tidak ingin berbuat kekerasan dan hanya ingin melihat-lihat sekitar desa.

Dari sanalah kira-kira awal kedatangan wisatawan ke desa wisata Sade di Lombok. Saat ini, turis asing masih terus berdatangan, namun sudah tidak ada warga yang berlari ke hutan untuk bersembunyi. Mereka sudah tahu, turis asing adalah calon pembeli suvenir mereka, bukan penjajah.

(fay/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads