Inilah Hijab Tradisional Dari Bima, NTB

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Inilah Hijab Tradisional Dari Bima, NTB

- detikTravel
Senin, 17 Nov 2014 07:40 WIB
Inilah hijabers ala Sanggar (Shafa/detikTravel)
Bima - Siapa sangka ada tradisi menarik untuk para wanita di Sanggar, Bima, NTB. Para perempuan di sana sudah punya tradisi menutup aurat bahkan sebelum Islam masuk ke sana. Seperti inilah bentuk hijab tradisional bernama Rimpu.

"Tradisi memakai penutup kepala ini sudah ada jauh dari sebelum Islam masuk ke sini" kata Ketua Pemuda Adat Sanggar, Ayaturrahman kepada detikTravel pekan lalu.

Saat itu kami diundang BPPD NTB dalam acara Tambora Menyapa Dunia. Hijab digunakan oleh para wanita beragama Islam untuk menutupi auratnya, terutama di bagian kepala. Ternyata, tradisi ini sudah ada terlebih dahulu di Desa Kore, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Islam masuk kawasan ini sekitar tahun 1610 Masehi. Sedangkan para wanita ini telah menutup auratnya, jauh dari sebelum tahun tersebut.

"Kami menganggap tubuh wanita mendapat penghargaan setinggi mungkin, maka kami mengenakan penutup tubuh seperti ini," ujar salah seorang ibu.

Mereka mengenakan hijab yang disebutnya dengan Rimpu. Ada dua macam Rimpu yang digunakan para wanita. Yang pertama adalah Rimpu Nae dan satu lagi Rimpu Sampela.

Rimpu Sampela khusus untuk para gadis yang belum menikah sedangkan Rimpu Nae untuk para wanita menikah. Bedanya, pada Rimpu Sampela, hampir semua wajah tertutup kecuali mata, mirip seperti cadar.

Sedangkan untuk Rimpu Nae, bagian wajah terlihat dengan sempurna. Yang tak kalah menarik adalah pemilihan hijab. Bukan dari kain, melainkan dari sarung tenun tradisional khas Lombok, buatan mereka sendiri.

"Tertutup sebadan dan tak menggunakan peniti atau jarum pentul," lanjut sang ibu.

Selembar sarung dililit mengikuti arah kepala dan muka. Sampai pada akhir lilitan yang akan dikaitkan di kepala. Perbedaan antara Rimpu Nae dan Rimpu Sampela bisa dibuat dari awal pemakaian. Sama sekali tak ada peniti. Jika kurang kencang, bisa memelintirkan sarung hingga mencapai kekencangan yang diinginkan.

Rimpu ini tak hanya menutupi kepala tapi juga setengah badan. Sehingga, tangan mereka tidak terlihat. Juga, bentuk tubuhnya tak mudah berbayang.

Saat ini, Rimpu sudah jarang sekali digunakan sehari-hari. Kebanyakan para wanita yang memakai Rimpu saat sedang mementaskan Kareko Kandei. Ini adalah tarian yang dilakukan para wanita saat panen tiba.

(sst/sst)

Hide Ads