Beginilah 'Turbulensi' Saat Naik Kapal Laut

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Beginilah 'Turbulensi' Saat Naik Kapal Laut

- detikTravel
Jumat, 21 Nov 2014 13:10 WIB
KM Kelud yang berlayar dari Jakarta ke Medan via Batam (Afif/detikTravel)
Batam - Jika naik pesawat, Anda pasti tak asing dengan turbulensi yang merupakan guncangan akibat gesekan udara. Di dalam kapal laut, ternyata juga ada waktu-waktu tertentu yang menyebabkan kapal bergoyang seolah terkena guncangan.

Beda transportasi, beda pula pengalaman yang akan dirasakan traveler. Khusus saat naik kapal laut, siap-siaplah merasakan badan bergoyang ketika kapal terhempas ombak.

"Yang berbahaya itu adalah ombak yang datang dari samping kapal. Bagi yang belum biasa naik kapal, bisa pusing dan langsung mabuk laut," kata Chief Officer atau Mualim 1 KM Kelud, Tomy Murad kepada awak media saat pelayaran KM Kelud dari Jakarta ke Medan via Batam dalam aara soft launching New KM Kelud, Jumat (14/11/2014) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa dibilang, ketika itulah suasana di dalam kapal mirip dengan pesawat yang sedang mengalami turbulensi. Tapi yang membedakan, turbulensi di dalam pesawat menyebabkan badan terguncang cepat.

Sedangkan kalau di kapal, badan Anda bakal bergoyang secara perlahan ke kiri dan ke kanan yang bisa bikin pusing. Tinggi ombaknya yang menghantam kapal dari samping pun beragam. Bisa sampai 4 meter tingginya!

"Kalau di pesawat namanya turbulensi, tapi di kapal biasa kita sebut alun," kata Manager Telekomunikasi dan Elektronika Pelni, Ahmad Saiful Anam yang turut ikut memandu awak media.

Selain ombak, salah satu faktor yang menyebabkan kapal bakal bergoyang adalah cuaca. Jika sedang hujan dan angin kencang atau badai, kapal bakal lebih bergoyang kuat. Anda yang benar-benar belum biasa naik kapal, ada baiknya berpegangan.

Namun menurut Tomy, hal itu bukanlah suatu yang harus ditakutkan dan bersifat wajar dalam pelayaran kapal. Kapten kapal dan juru mudi tentu sudah memperhitungkan arah angin dan kekuatan ombak. Apalagi, lautan di Indonesia cukup tenang.

"Lautan kita aman-aman saja, maka itu laut Indonesia dikenal dengan sebutan kolam susu," celetuk Tomy.

Tomy menambahkan, juru mudi kapal akan mendapat informasi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika) jika cuaca sedang badai. Lalu setelah itu, diputuskanlah apakah kapal bisa berlayar atau tidak. Lagipula, perlengkapan alat-alat navigasi seperti Electronic Chart Display alias peta digital memudahkan juru mudi untuk memantau suasana di lautan.

"Lautan yang banyak badai dan ombak besar itu di Laut China Selatan, lautan selatan Filipina dan lautan di dekat Samudera Hindia di bagian barat Indonesia. Namun, sebagian besar laut Indonesia itu aman," pungkas Tomy.

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads