"Mbaknya suka kopi hitam juga?" tanya Setiawan Subekti (57), pemilik Sanggar Genjah Arum. Dengan senyum ramahnya, pengusaha perkebunan sekaligus ahli kopi tingkat internasional itu kemudian membuatkan saya secangkir kopi yang katanya spesial.
Saya pun langsung menyeruput secangkir kopi yang dia suguhkan. Pak Iwan, begitu dia akrab disapa, langsung tersenyum begitu melihat saya tampak sangat menikmati kopinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini bukanlah coffee shop biasa. Sanggar Genjah Arum, begitu namanya, punya 7 rumah adat Osing yang masih terjaga dengan baik. Osing adalah nama suku yang mendiami Bumi Blambangan alias Banyuwangi. Coffee shop ini terletak di Desa Wisata Kemiren yang udaranya sejuk.
Tatanan rumah dan benda-benda kuno di sanggar milik Pak Iwan seperti menceritakan Kemiren pada masa 50 tahun lalu. 7 buah rumah Osing ditata apik di lahan kurang lebih 7.000 meter persegi. Masing-masing punya perabotan otentik Banyuwangi, juga aneka barang kuno yang usianya mencapai lebih dari 50 tahun.
Rumah-rumah Osing ini usianya beragam, ada yang hampir 100 tahun. Ada 4 macam rumah adat khas Suku Osing yakni Crocogan, Tikel, Tikel Balung, dan Serangan. Tiap rumah dibagi jadi 3 ruangan utama yakni balai/serambi, ruang tengah dan kamar, juga dapur.
"Empat jenis rumah itu ada di sini. Oh ya, rumah ini juga tahan gempa," tambah Pak Iwan.
Tempat duduk di Sanggar Genjah Arum adalah di bagian balai rumah Osing. Menu utamanya, tentu saja kopi hitam dan aneka gorengan yang disajikan di nampan tradisional.
"Ini bukan kafe lho ya. Jangan minta cappucino atau coffee latte, di sini cuma ada kopi tok," kata Pak Iwan.
Keunikan Sanggar Genjah Arum serta sikap humble Pak Iwan terbukti efektif mendatangkan banyak pengunjung. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas selalu membawa tamunya untuk ngopi sore atau malam di sini. Baru-baru ini, Dubes AS Robert O Blake juga mencicipi kenikmatan kopi hitam khas Kemiren.
Saat malam, pencahayaan yang remang-remang membuat suasana semakin hangat. Tak heran banyak pengunjung yang betah berlama-lama, atau sekadar mengobrol dengan Pak Iwan.
"Kedai kita tutup ya di saat orang-orang pulang. Kita menyajikan apa adanya, kopi hitam dan gorengan, agar orang-orang bisa kenal rumah adat Osing juga," katanya.
(ptr/fay)
Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia