Berdasarkan pantauan detiktravel bersama tim adventure Lovely Desember di Kabupaten Toraja Utara yang kelilingi bukit kapur, hampir mayoritas masyarakat yang berada di kecamatan Depina masih melakukan penguburan didalam gunung.
"Kenapa dimakan tebing batu atau goa, hal ini dikarenakan wilayah Toraja berada di wilayah dataran tinggi," ujar Plt ketua Adat Masyarakat Tongkonan Ketekesu, Layuk Sarunggalo saat berbincang bersama tim adventure lovely Desember, Kamis (25/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya kalau dimakamkan ke tanah mungkin sudah habis dataran rendah kami, sehingga kami tidak bisa bersawah. Sama seperti di Bali bisa ibu bapak bayangkan kalau orang Bali tidak ditunjukan bukan agama Budha atau Hindu, mungkin sudah habis itu pure yang disana, Makanya mereka dikumpulkan di dalam satu pura yang menjadi kontainer dan itu isinya bisa puluhan ribu," ujar Layuk.
Belakangan ini sebagian besar dari masyarakat Toraja sudah mulai tidak menguburkan sanak keluarganya di tebing bukit kapur. Lantaran dalam satu keluarga di masyarakat toraja tersebut multiagama.
"Seperti saya yang membuat rumah yang dibagian dalamnya ada yang tidak semen, hal ini agar keluarga saya yang Muslim bisa ditempatkan bersama keluarga saya yang Kristen. Sehingga kami bisa menguburkan saudara kami yang Muslim tanpa melanggar hukum agama dan adat istiadat," ujar Layuk.
Menurutnya, sistem penguburan di tebing khas masyarakat Toraja adalah untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Meski mereka terpisah secara agama tetapi hubungan emosional harus dijaga.
"Kami menjaga hubungan keluarga begitu kenal, kalau terpisah nanti tidak ada ikatan emosional, ini merupakan salah satu kearifan lokal dalam beragama, untuk apa kita bertikai karena peberdaaan pandangan," tutupnya.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum