Dalam acara Perbekalan Kepariwisataan Bagi Jurnalis, detikTravel dan rekan media sempat singgah ke Hotel Salak The Heritage di Jalan Ir H Juanda No 8, Bogor (15/4/2015). Ternyata hotel tersebut memiliki sejarah panjang dari abad ke 18 silam.
Sejarahnya dimulai pada saat hotel itu dibangun oleh seorang Belanda pada tahun 1856. Saat itu, Hotel Salak The Heritage dibangun dengan nama Bellevue-Dibbets Hotel. Hotel tersebut pun langsung menjadi primadona, mengingat sang pemilik hotel adalah kerabat dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun pada era penjajahan Jepang tahun 1942, Hotel Salak The Heritage pernah beralih fungsi menjadi markas Kempetai atau polisi militer Jepang. Barulah setelah Indonesia berdaulat, nama hotel tersebut berubah menjadi Hotel Salak pada tahun 1948.
Penamaan baru hotel tersebut didasarkan pada lokasi Bogor yang berada di bawah kaki Gunung Salak. Tentunya saat itu Bogor belum sepadat sekarang, di mana Gunung Salak memang terlihat jelas dari hotel hingga sekarang.
Dari segi fasilitas, hotel berbintang empat ini cukup lengkap. Dengan masih mempertahankan bangunan lama ditambah bangunan baru, hotel juga dilengkapi dengan kolam renang, tempat fitness, ruang kegiatan anak, meja bilyard, kafe, ruang meeting, sampai dokter gigi.
Hotel Salak The Heritage memiliki Superior Room, Deluxe Room, hingga kamar kolonial dan Presidential Suite. Untuk harga menginap Anda bisa bertanya langsung via email ke pihak hotel, namun harganya berkisar sekitar Rp 700 ribuan per malam untuk Superior Room.
Sekarang Hotel Salak The Heritage masih ramai didatangi oleh orang penting hingga wisatawan domestik maupun mancanegara. Hotel Salak The Heritage tidak hanya bersejarah, namun juga menjadi salah satu kebanggaan bagi masyarakat Bogor.
(sst/sst)












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca
Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun di Hutan Gunung Sanggabuana Bisa Berpotensi Buruk