Gerobak-gerobak sapi di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY saat ini tidak lagi digunakan untuk kegiatan bertani. Gerobak sapi oleh Paguyuban Gerobak Sapi Makarti Roso Manunggal saat ini digunakan untuk kegiatan wisata desa.
Wisatawan baik domestik maupun mancanegara bisa naik gerobak sapi keliling desa. Wisatawan bisa belajar berbagai hal di desa. Tidak hanya naik gerobak saja, namun wisatawan diajak belajar pertanian secara singkat maupun kegiatan lain yang dilakukan kaum ibu di desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat peresmian tamu-tamu diajak naik gerobak sapi dari Omah Teh menuju situs purbakala peninggalan abad 9 Masehi di Candi Sari. Jarak yang ditempuh dengan menyusuri selokan Mataram ini lebih kurang 2,5 kilometer.
Direktur PT Gamawisata, Cunduk Bagus Sudarwono mengatakan wisata gerobak sapi yang dilakukan bersama warga Dusun Somodaran ini, tidak hanya mengajak wisatawan berwisata keliling desa menggunakan gerobak sapi. Namun wisatawan diajak belajar bersama masyarakat seperti bertani, keterampilan membuat telur asin, kue-kue tradisional yang dilakukan ibu-ibu di desa.
"Tidak melulu naik gerobak sapi saja, tapi kita ajak belajar berbagai keterampilan singkat," ungkap Bagus.
Untuk paket wisata gerobak sapi yang dipusatkan di Omah Teh ini lanjut dia, setiap orang akan dikenakan biaya antara Rp 150 ribu - 200 ribu. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk berkeliling dusun menggunakan gerobak sapi dan paket kegiatan lainnya membutuhkan waktu sekitar 3 jam.
"Paling enak di waktu pagi hari, sebab udara di sekitar desa masih segar dan hampar sawah juga masih banyak," katanya.
Saat peresmian, GKR Hemas bercerita mengenai pengalamannya di waktu kecil saat tinggal di Yogyakarta pada tahun 1960-an. Saat itu dia bersama keluarganya tinggal di kawasan Gondolayu di Jalan Sudirman saat ini.
"Dulu jalanan masih gelap, lalu lintas juga belum ramai. Yang banyak lewat adalah gerobak sapi," kata Hemas.
Dia menuturkan gerobak-gerobak sapi tersebut sering lewat depan rumah di waktu pagi hari sebelum subuh. Bunyi kelontong sapi dari tembaga terdengar keras dan itu menjadi penanda waktu.
"Kalau sudah dengan kelontongan sapi di pagi hari, itu tandanya sudah subuh. Jadi kita sudah tahu kalau itu sudah subuh dan waktunya bangun. Tidak seperti sekarang yang harus dibangunkan," katanya.
Dia berharap wisata gerobak sapi ini bisa menggerakkan perekonomian masyarakat desa. Sebab saat ini sudah tidak banyak warga desa yang punya sapi untuk menarik gerobak atau untuk membajak di sawah.
Β
"Wisata desa bisa menggerakan ekonomi desa dalam berbagai hal, sehingga warga masyarakat semakin makmur dan sejahtera," pungkas GKR Hemas.
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit