Traveler pasti mengenal Wali Songo yang legendaris. Salah satunya adalah Sunan Ampel yang terkenal di kawasan Ampeldenta, Surabaya. Berwisata ke sana bisa sambil mengenal kisah ulama dari Negeri Champa ini.β
Sunan Ampel merupakan penyebar agama Islam di kawasan Surabaya dan sekitarnya. Sejarah asal muasal ulama satu ini hingga mendirikan Masjid Ampel cukup panjang dan berliku. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Rabu (8/7/2015), kisah Sunan Ampel bermula dari Negeri Champa, Vietnam.
Sunan Ampel lahir awal abad ke-15 di Negeri Champa, sebuah kerajaan yang terletak di Vietnam dan berbatasan langsung dengan Kamboja. Ayahnya adalah Ibrahim Zainuddin Al Akbar As Samarqandiy alias Ibrahim Asmoro yang berdarah Timur Tengah dan ibunya adalah puteri Raja Champa yang bernama Candra Wulan yang berdarah Tiongkok. Hingga kini pun, masyarakat asli Champa masih bisa traveler jumpai di Vietnam, dan Kamboja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dakwahnya, Sunan Ampel menerapkan falsafat Mohlimo. Mohlimo adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu. Moh limo berarti tidak mau melakukan 5 perkara, yaitu Moh Mabok (tidak mau mabuk), Moh Main (tidak mau judi), Moh Madon (tidak mau zina), Moh Madat (tidak mau pakai zat terlarang) dan terakhir Moh Maling (tidak mau mencuri).
Berkat ajarannya yang damai dan mudah diterima, penganut Islam pun makin banyak di Ampeldenta. Akhirnya pada 1421, Sunan Ampel bersama para muridnya membangun Masjid Ampel. Masjid ini dibangun menggunakan arsitektur Jawa kuno yang dikombinasikan dengan nuansa Arab yang kental.
Masjid Ampel memiliki 5 gapura yang melambangkan Rukun Islam. Apabila traveler masuk dari arah selatan di Jalan Sasak, maka akan melewati Gapuro Munggah yang berupa lorong pasar yang mirip dengan Pasar Seng dahulu waktu masih ada di depan Masjidil Haram Makkah. Suasana ini seakan mengingatkan traveler untuk naik haji jika mampu.
Selanjutnya berturut-turut, ada Gapuro Poso (Puasa), Gapuro Ngamal (bershodaqoh atau berderma), Gapuro Madep (Sholat), serta terakhir ada Gapuro Paneksen alias gapura Syahadat yang menggambarkan Anda memberi kesaksian bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah'.
Dari segi bangunan, Masjid Ampel masih menampakkan struktur aslinya meskipun sudah dipugar sampai 4 kali. Traveler bisa melihat tiang masjid berdiamater 60 cm dan tinggi 17 meter, yang berjumlah 16 buah masih berdiri dengan kokoh, serta 48 buah pintu yang tetap dipelihara dan dirawat hingga sekarang.
Menara setinggi 20 meter yang menjadi ciri khas masjid juga masih ada. Kubah masjid berbentuk pendopo Jawa juga merupakan perlambang akulturasi Islam dengan budaya asli setempat. Ada juga sumur di belakang masjid yang dibuat Sunan Ampel dan pengikutnya. Konon, air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah.
Sunan Ampel meninggal pada tahun 1481 dan dimakamkan di sisi kanan depan masjid. Sekarang, komplek makam dan masjid Sunan Ampel tak pernah sepi oleh para traveler yang datang untuk berziarah, ataupun beribadah di dalam masjid. Ribuan peziarah pun datang dan pergi setiap tahunnya, seakan tak pernah surut.
Tak hanya berwisata religi, traveler yang datang liburan ke Ampeldenta juga bisa wisata belanja di sekitar area komplek tersebut. Beragam kebutuhan disediakan oleh para pedagang, dari mulai oleh-oleh, suvenir, hingga kuliner semuanya ada. Jangan takut kehabisan!
Masjid Ampel terletak tepat di jantung kampung Arab, lokasinya di sebelah utara Jalan Nyamplungan dan tepat di belokan kiri kedua Jalan Sasak. Untuk menuju ke sini, traveler bisa menggunakan taksi, kendaraan umum, atau sewa kendaraan.
Aksesnya sangat mudah dan semua orang pun tahu. Jika ragu, tinggal bertanya saja, pasti dijawab dan tidak akan tersesat. Kawasan Ampeldenta layak menjadi pilihan traveler muslim untuk berwisata religi mengenang perjalanan Sunan Ampel, ulama kelahiran Champa penyebar agama Islam di tanah Jawa.
(shf/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!