Gramofon Super Langka di Istana Siak, Tinggal Satu di Dunia!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gramofon Super Langka di Istana Siak, Tinggal Satu di Dunia!

Silvia Galikano - detikTravel
Senin, 03 Agu 2015 15:50 WIB
Gramofon merk Komet asli Jerman (Silvia/detikTravel)
Siak - Istana Siak Sri Inderapura di Kabupaten Siak, Riau menjadi salah satu destinasi favorit turis di Kabupaten Siak, Riau. Namun tak banyak yang tahu, ada gramofon antik dari Jerman yang tinggal satu di dunia!

Istana Siak merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang dibangun pada 1889, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Di dalamnya terdapat banyak koleksi Sultan, yang mayoritas merupakan barang impor berkualitas tinggi.

Bayangkan saja, traveler bisa melihat meja marmer yang bisa tembus cahaya, diimpor dari Italia. Ada pula marmer biru yang jadi hiasan dinding, didatangkan dari Turki. Peralatan makan dipesan khusus dari Eropa dengan cap lambang Kerajaan Siak, serta mangkuk porselen dari Tiongkok yang konon bisa jadi penawar racun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, satu benda yang tak kalah menarik adalah gramofon alias pemutar piringan hitam. Gramofon merk Komet ini asli Jerman, dibuat pada 1890-an. Gramofon ini hanya ada 2 di dunia, satu di Jerman dan satu lagi di Siak.

"Namun data dari Wikipedia menyebutkan gramofon Komet yang ada di Jerman sudah rusak. Sehingga, gramofon yang ada di Istana Siak tinggal satu-satunya yang tersisa di dunia," tutur Suryadi, pemandu yang mengantar detikTravel ke Istana Siak beberapa waktu lalu.

Alat pemutar musik berukuran 1x1x3 meter ini sejenis fonograf dengan piringan berupa lempengan baja berdiameter 1 meter. Sultan Syarif Hasyim, ayah dari Sultan Syarif Kasim II membawa pulang gramofon ini dari lawatannya ke Eropa.

Komet terdiri jadi dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas yang berdinding kaca sebagai tempat diputarnya fonograf. Bagian bawah tempat disimpannya lempengan baja yang berisi lagu-lagu dari komponis terkenal, seperti Beethoven, Mozart, Bach, dan Strauss.

Setelah membaca basmallah, Suryadi membuka bagian bawahnya dengan sikap khidmat seakan-akan sedang menggenggam benda bertuah. Dan tampaklah di dalamnya beberapa lempeng baja, piringan hitam, dengan titik-titik tonjolan di permukaan.

Gramofon ini menjadi salah satu benda paling berharga di Istana Siak. Jangan lupa memotretnya saat berkunjung ke sana!

(sst/sst)

Hide Ads