Porter Papua Paling Kuat & Paling Mahal di Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015

Porter Papua Paling Kuat & Paling Mahal di Indonesia

Afif Farhan - detikTravel
Jumat, 11 Sep 2015 13:30 WIB
Mereka mengangkat barang menggunakan noken (Afif/detikTravel)
Ugimba - Untuk mendaki Puncak Carstensz di Papua, para pendaki disarankan memakai jasa porter yang merupakan masyarakat setempat. Mereka sangat kuat berjalan tanpa alas kaki, sambil membawa barang-barang berat. Tapi harganya, paling mahal di Indonesia!

"Saat mendaki, kita pakai daypack saja. Barang-barang yang berat, biar dibawa porter," ujar ketua tim pemandu kami, Hendricus Mutter sebelum tim Ekspedisi Jurnalis berangkat ke Sugapa dari Timika, Jumat (14/8/2015) lalu.

Memakai jasa porter? Ah, kalau begitu mengurangi nilai petualangan dong. Bukannya petualangan lebih terasa seru kalau bersakit-sakit dulu baru bersenang-senang kemudian. Lagipula, harga porter untuk pendakian ke Puncak Carstensz ini paling mahal di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Porternya berasal dari masyarakat Ugimba. Harganya Rp 7 juta untuk satu trip dan itu paling mahal di Indonesia," kata Hendricus.

Begitu perjalanan dimulai dari Desa Ugimba menuju Puncak Carstensz pada Jumat (21/8), saya harus menarik kata-kata yang terlontar tadi. Benar kata Hendricus, baiknya memang memakai jasa porter sebab jalur pendakian yang kami lewati ini dari Ugimba-Tambua-Basecamp Danau-danau sangat berat!

Kami saja yang memakai daypack cukup kewalahan. Berbeda 180 derajat, para porter malah masih bisa berjalan kaki sambil mengobrol dalam bahasa Suku Moni dan tidak terlihat muka lelah sama sekali. Malah, beberapa dari mereka berjalan tanpa alas kaki dan sanggup membawa barang dengan noken.

"Ini sudah biasa. Kami kemana-mana jalan kaki," ujar Timotius, salah satu porter kami.

Di balik kekuatan mereka, terselip cerita yang sedikit unik. Tahukah kamu, ternyata para porter yang merupakan masyarakat Ugimba, masyarakat yang tinggal di pedalaman Papua ini suka sekali dengan gula!

"Kita sudah siapkan gula untuk mereka. Mereka itu kalau minum kopi, kopinya satu sendok, gulanya bisa lima sendok," papar Hendricus.

Benar saja, saya melihat dengan mata kepala sendiri. Mereka sangat suka yang namanya gula dan memakainya tidak tanggung-tanggung. Kalau gula mereka habis, mereka tak segan untuk meminta kepada kami.

Terakhir, Hendricus mengutarakan kalau porter-porter untuk pendakian ke Puncak Carstensz seharusnya diberi pelatihan mendalam mengenai servis kepada turis. Mereka memang ramah dan baik-baik, namun contohnya seperti minta gula kepada turis, itu bisa membuat turis tidak merasa nyaman.

"Hingga kini sudah ada beberapa pelatihan, tapi belum banyak hasilnya. Mungkin kalau ada pelatihan-pelatihan lagi entah dari pemerintah atau organisasi masyarakat, baiknya berikan kepada yang muda-muda saja," tutupnya.

(aff/Aditya Fajar Indrawan)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
48 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads