Selepas dari Tambua, Selasa 25 Agustus 2015 kemarin, tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 bergerak menuju kawasan Gua Maximus. Lagi-lagi, kami harus melewati jalanan yang naik turun. Melintasi perbukitan, membelah lembah.
Hingga akhirnya kami sampai di depan bukit yang kemiringannya hampir 90 derajat. Pelan-pelan saya langkahkan kaki dan terus menahan rasa pegal. Begitu sampai di atasnya, wow! Rangkaian pegunungan menjulang tinggi dan diselimuti awan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padang savana yang sangat indah dipandang, apalagi ditambah dengan pepohonan pakia yang nama ilmiahnya Cyathea muelleri. Asal tahu saja, pohon ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu dari periode zaman jurrasic.
Kami pun beristirahat di sana untuk meluruskan kaki dan memakan snack. Mata ini tak berkedip memandangi padang savana tersebut. Tak disangka, diketinggian 4.000 mdpl ada tempat seindah ini.
"Masih banyak lagi padang savana yang indah di sekitar sini. Ini hanya sepetak saja," ujar Hendricus Mutter, ketua tim pemandu kami.
Ah tidak apa, ini saja sudah cukup. Jumlah pohon pakunya pun sangat banyak, terhampar di setiap sudut. Padang savana yang tanpa nama ini menjadi 'obat' penghilang lelah buat kami.
Sekitar 25 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Gua Maximus. Kamu melintasi padang savananya, sambil berkali-kali memotretnya dalam kamera. Gunung Kerinci setinggi 3.805 mdpl, masih kalah tinggi dengan padang savana ini.
(shf/Aditya Fajar Indrawan)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang