Pak Dosen Inspiratif, Sang Pendaki Seven Summit Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015

Pak Dosen Inspiratif, Sang Pendaki Seven Summit Indonesia

Afif Farhan - detikTravel
Selasa, 15 Sep 2015 13:52 WIB
Ericks di atas Puncak Gunung Binaya (Ericks/Istimewa)
Timika -

Namanya Ericks Rachmat Swedia, dia adalah salah satu pendaki yang tergabung dalam tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015. Pria yang berprofesi sebagai dosen ini, ternyata sudah mendaki 7 puncak tertinggi Indonesia. Berikut, kisahnya yang inspiratif!

Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 diisi oleh orang-orang yang luar biasa. Salah satunya adalah Ericks Rachmat Swedia, yang merupakan dosen di Universitas Gunadarma, Depok. Pak dosen, begitu biasa kami menyapanya.

Ericks ini murah senyum, supel serta tak segan berbagi makanan atau minuman kepada kami selama perjalanan. Orangnya pun biasa-biasa saja, tak pernah memulai cerita soal naik gunung atau memamerkan pengalaman-pengalamannya. Namun saya kaget, ketika mendengar dari rekannya, Ali Rahman yang juga satu tim dengan kami menyebut pendakian ke Carstensz ini adalah pendakian Seven Summit terakhir untuk Ericks.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya tidak ada niatan untuk mendaki Seven Summit Indonesia. Tapi karena kebetulan ada istilah begitu, jadi coba-coba saja," kata Ericks

Tahukah kamu apa saja Seven Summit Indonesia alias tujuh puncak tertinggi di Indonesia? Yakni, Gunung Bukit Raya (2.278 mdpl) di Kalimantan Tengah, Gunung Binaiya (3.207 mdpl) di Maluku, Gunung Latimojong (3.478 mdpl) di Sulawesi Selatan, Gunung Semeru (3.676 mdpl) di Jawa Timur, Gunung Rinjani (3.726 mdpl) di Lombok, Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di Jambi dan Puncak Carstensz (4.884 mdpl) di Papua.

Ericks memang gemar mendaki gunung. Dia lalu bercerita kepada saya, sambil memasak kopi untuk diminum bersama. Ketika SMA, dia memulai perjalanannya mendaki gunung dan yang pertama kali didaki adalah Gunung Pangrango di Bogor.

"Waktu itu naik ke atasnya modal nekat sama teman-teman, namanya juga anak sekolah. Itu gila Fif, jangan dicontoh. Naik ke atasnya, kami cuma bawa tas ransel sekolah dan cuma bawa 5 bungkus mie instan," ujarnya sembari tertawa.

Perjalanan Seven Summit Indonesia, dia mulai dari Puncak Mahameru di Gunung Semeru tahun 2013. Dari situlah, Ericks mulai mengenal istilah Seven Summit Indonesia dari pendaki-pendaki lain. Terbesitlah di dalam benaknya, ah mengapa tidak dicoba saja.

Ericks langsung mulai menabung untuk mendaki puncak-puncak lainnya. 3 Bulan kemudian, dia ikut pendakian open trip menuju Gunung Kerinci di Jambi.

"Modalnya kenalan saja sama pendaki-pendaki gunung di tiap daerah. Mereka baik-baik kok, malah mau membantu kita mencari penginapan," katanya.

Sepanjang tahun 2013-2014, Ericks sudah mendaki 6 puncak tertinggi di Indonesia. Khusus bareng rekannya Ali Rahman, mereka mendaki bareng puncak Gunung Binaya, Bukit Raya, Rinjani dan Carstensz. Sudah tentu, ada segudang pengalaman seru yang didapatnya.

"Paling enak itu di Gunung Rinjani, karena porternya baik-baik, bisa masangin tenda dan jago masak. Paling enak masakan mereka nasi goreng. Pas sampai basecamp (porternya jalan duluan), tenda kami sudah dibangun. Habis itu, ditanya mau makan apa. Itu udah kayak piknik saja," paparnya.

Soal pengalaman yang menegangkan, tentu tidak kalah menarik. Bagi Ericks, salah satu Seven Summit Indonesia yang paling bahaya adalah Gunung Bukit Raya. Mengapa?

"Itu gunung kerajaan pacet. Ada banyak pacet di sana yang berwarna-warni, dari hitam, merah sampai kuning. Pacetnya juga loncat-loncat ke badan. Kita sampai tidak bisa duduk di batu atau di batang pohon karena semuanya pacet. Bisa kena stres itu," kenang Ericks.

Gunung Latimojong, juga menjadi salah satu pengalaman berbahaya baginya. Berbahaya dalam tanda kutip, sebab dirinya pernah dikerjain hantu. Walah!

"Jadi waktu di Latimojong di Pos 7 tepatnya, ada orang yang berjalan muterin tenda saya. Saya malam itu kebangun karena mau mengurut kaki dan benar-benar merasa dan dengar suara orang jalan. Saya baru sadar, tenda saya kan sebelahnya tebing," katanya.

Soal pemandangan alam, paling indah menurutnya tentu saja Puncak Carstensz dan Gunung Binaya. Sebab di Gunung Binaya, pendakian dimulai dari 0 mdpl sampai 3.027 mdpl. Dari atas puncaknya, terlihat pantai dan lautan yang cantik.

"Tapi, Carstensz ini yang paling luar biasa. Perjalanannya jauh, lewat lanskap alam yang beda-beda dan harus pakai tali ke atasnya. Lengkap banget!" ucapnya.

Terakhir, sebelum saya mengakhiri obrolan, saya sempat meminta tips kepadanya bagaimana agar bisa mendaki Seven Summit Indonesia. Ericks menjawab, tekad yang kuat, menabung dan sudah pasti harus punya banyak kenalan sesama pendaki.

Bisa dicatat nih, bagi kamu yang mau mencoba mengikuti jejak Pak dosen ini. Namun, ternyata tujuan Ericks mendaki Seven Summit Indonesia bukanlah hanya untuk kepuasan dirinya semata. Apalagi, untuk disombongkan kepada orang-orang.

"Saya melakukan ini untuk memotivasi anak-anak saya. Saya mau mengajarkan tentang indahnya alam ini dan perjuangan mendaki gunung," ungkapnya.

Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk, itulah yang saya lihat dari sosok Ericks. Terimakasih Pak dosen, semoga kisah dan pengalaman Anda mampu membakar semangat para pendaki Indonesia lainnya!

"Yang keren bukanlah saya, tapi teman-teman saya seperti Rightness Makassar (Bang Yoyo dan Bang Amar), Jejak Kerinci (Bang Murdam dan Bang Andi) Mapala Kewang, UKIM (Bang Ricky), mahasiswa saya Arwan dan Ali Rahman. Saya tak akan bisa summit tanpa mereka," tutupnya.

(aff/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
48 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads