Di Desa Ini, Hampir Semua Wanita Pintar Menenun Sejak Kecil

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Di Desa Ini, Hampir Semua Wanita Pintar Menenun Sejak Kecil

Kurnia Yustiana - detikTravel
Kamis, 17 Sep 2015 18:27 WIB
Wanita yang sedang menenun di Desa Wabula (Kurnia/detikTravel)
Buton - Di pesisir Pulau Buton, ada sebuah desa yang cantik bernama Wabula. Tak hanya tempatya bersih dan indah, desa ini juga dikenal sebagai penghasil kain tenun. Hampir semua wanitanya juga sudah pandai menenun sejak kecil lho.

"Dari anak-anak perempuan SMP pulang sekolah, mereka menenun. Bukannya wajib, tapi ini mata pencaharian kita. Semuanya rata-rata bisa nenun, setiap rumah itu pasti ada yang bisa," ujar Marwiah, seorang penenun yang ditemui detikTravel di Desa Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu.

Para wanita di Desa Wabula sudah mulai diajarkan bagaimana cara menenun kain tradisonal Buton sejak kecil. Mata pencaharian kaum wanita di desa tersebut memang kebanyakan dari hasil menjual kain tenun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, yang mengajari sang anak perempuan menenun adalah ibu atau kakaknya yang sudah terlebih dahulu mahir. Alat yang digunakan pun bukan mesin, tapi alat tenun tradisional bernama gedogan.

"Sudah lama belajar tenun, diajarin kakak," kata Santi, seorang warga Wabula yang sudah mahir menenun.

Setiap hari, para wanita Wabula akan menenun di rumah. Berbagai sisi rumah bisa mereka gunakan untuk menenun. Tak hanya di dalam kamar dan teras, bahkan kolong rumah panggung pun dijadikan tempat untuk meniti gumpalan benang menjadi kain.

Rumah-rumah di Desa Wabula memang kebanyakan berbentuk panggung dengan kolong yang cukup luas dan tinggi di bawahnya. Para wanita bisa membawa gedogannya ke kolong dan duduk santai sambil menenun di sana. Banyak yang mengatakan bahwa rasanya lebih lapang dan sejuk daripada di dalam rumah.

Untuk pengerjaan satu kain tenun, waktu selesainya berbeda-beda. Untuk kain sarung misalnya, bisa menghabisan waktu 3 hari sampai 1 minggu. Pengerjaannya memang membutuhkan ketelitian agar polanya bisa terbentuk dengan rapi.

Harga jual kain pun beragam, mulai dari Rp 250 ribu hingga di atas Rp 1 juta per kain. Traveler yang tertarik, bisa memesan atau langsung membeli kain yang sudah jadi di Desa Wabula untuk oleh-oleh. Tapi kalau sekadar ingin melihat proses mereka menenun juga boleh.

Biasanya para wanita menenun dari pagi hingga sore di teras atau kolong rumah, sekitar pukul 09.00-17.00. Jangan datang terlalu pagi, karena masih banyak yang membereskan rumah dan belum mulai menenun.

(krn/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads