Tak ada kata terlambat membuat museum. Meski baru dibangun tahun 2003 silam, Museum Seribu Moko telah membantu menyelamatkan warisan budaya Alor di NTT.
Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, memiliki budaya yang sangat menarik dan harus dikisahkan secara turun-temurun. Karena itu pemerintah Kabupaten Alor membangun sebuah museum yang dinamai Museum Seribu Moko untuk menyelamatkan warisan budaya di daerah ini.
Museum Seribu Moko ini dibangun pemerintah kabupaten Alor, NTT pada tahun 2003 lalu. Museum ini dibangun sebagai sebuah upaya untuk menyelamatkan warisan budaya daerah ini yang sudah sangat banyak dibawa keluar daerah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah mengkhawatirkan, jika aneka budaya daerah ini tidak dijaga dan disimpan dengan baik, maka suatu saat akan punah. Museum ini juga dibangun untuk menyediakan tempat bagi masyarakat umum agar mereka bisa menyaksikan, mengagumi dan mempelajari lebih jauh tentang kebudayaan daerah ini.
Museum ini dinamai Museum Seribu Moko. Moko itu sendiri mewakili orang Alor dengan kekayaan budayanya dan Seribu menggambarkan suatu kondisi banyak, beraneka ragam dan harapan yang besar.
Dalam museum ini tersimpan Nekara yang merupakan salah satu hasil kebudayaan masa perumdagian yang digunakan sebagai alat upacara. Ada nekara bertipe Heger I yang ditemukan di Kokar, kecamatan Alor Barat Laut pada tanggal 20 Agustus tahun 1972 oleh Simon J. Oilbaloi berdasarkan petunjuk mimpi Moko Pung.
Moko ini dipakai sebagai belis (mas kawin) bagi warga atau kelompok etnis Pantar, juga sebagai alat musik pada setiap upacara adat. Beberapa benda pusaka lainnya yang juga tersimpan dengan sangat rapi di Museum Seribu Moko itu adalah Muti Lempeng dan tusuk rambut, kain Kafate Muti, anting-anting perak (Ulawang) dan gelang kaki.
Selain itu ada juga benda-benda yang disimpan sebagai bukti masuknya pengaruh luar di Alor. Barang-barang itu seperti Lumbia yang berasal dari China, piring porselin juga dari China, kain sutra Watolai-Saleri Cindae yang berasal dari India, Kopiah Istambul dari Turki, meriam atau mortir dari Belanda dan Portugis dan perlengkapan pakaian adat Bugis Makasar berupa keris.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Pendemo Tolak Kapal Pesiar Bawa Turis Israel Berlabuh di Yunani