Rasanya belum usai Indonesia mengguncang dunia dengan Kopi Luwak. Kini adalagi Kopi Toratima yang nyaris di luar radar wisatawan. Mereka harus ke Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah untuk mencobanya.
Desa Porelea di Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah punya kopi kelas satu bernama Kopi Toratima. Kopi ini hasil fermentasi kelelawar, tikus, atau tupai. Namun jangan disamakan dengan Kopi Luwak, ada bedanya.
Hewan-hewan itu memakan biji kopi yang sudah matang, mengunyah dan menelan kulit kopi yang manis, lalu memuntahkan biji kopi dalam keadaan sudah terkupas menjadi beras-kopi dan berwarna putih. Kopi ini tinggal disangrai dan ditumbuk. Aromanya lebih wangi dan rasa lebih enak dibanding kopi yang dipetik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Silvia/detikTravel)
Sayang beribu sayang, ketika saya sampai di sana, belum ada Kopi Toratima yang siap diseduh. Padahal saya sungguh penasaran dengan rasanya. Saya pun diajak ke kebun untuk mengumpulkan biji kopi yang berjatuhan usai dimakan kelelawar dan tupai.
Selama ini, Kopi Toratima tidak dijual, melainkan hanya untuk konsumsi sendiri, sebagai sajian bagi tamu adat, serta suguhan utama dalam upacara-upacara adat. Kopi Toratima inilah yang sedang disiapkan untuk jadi komoditas andalan Desa Porelea.
(Silvia/detikTravel)
Kopinya hanya akan diolah secara tradisional, tak tersentuh mesin. Dijemur di bawah matahari dan disangrai di atas wajan tanah liat. Saat proses menyangrai, wanginya menguar ke seantero desa.
Meskipun tidak bisa mencoba Kopi Toratima, saya masih mendapat kejutan. Porolea tidak hanya punya satu, tapi dua kopi andalan. Satu lagi adalah Kopi Pipikoro. Tunggu kisahnya di artikel selanjutnya!
(rdy/adf)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum