Kemeriahan Kirab 4 Pusaka Majapahit di Mojokerto

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kemeriahan Kirab 4 Pusaka Majapahit di Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikTravel
Minggu, 18 Okt 2015 12:33 WIB
(Enggran Eko Budianto/detikTravel)
Mojokerto - Mungkin tak banyak yang tahu jika Majapahit memiliki kirab pusaka sampai kini. Pada momen Ruwat Agung Nuswantoro 1949 Saka, 4 pusaka warisan Majapahit itu diruwat dan dikirab di Pendopo Agung Trowulan, Mojokerto. Mari lihat!

Beberapa gadis cantik yang memakai busana bak putri Majapahit berjalan anggun dari dalam Pendopo Agung Trowulan. Disusul empat orang remaja berkostum ala raja Majapahit sembari membawa 4 pusaka yang telah diruwat.

Sementara 8 orang penari tarian Bedaya, tarian sakral khas keraton Majapahit mengiringi kirab pusaka Majapahit ini menuju kursi Forpimda Mojokerto yang berjarak sekitar 100 meter dari Pendopo Agung. Diiringi alunan gending Jawa, satu per satu pusaka yang berupa payung, bendera, lambang Majapahit, dan tombak itu diserahkan kepada Bupati, Kapolres, Dandim, dan Kajari Mojokerto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pusaka ini lambang-lambang yang menunjukkan kebesaran Majapahit pada masa lampau yang saat ini diadopsi sebagai lambang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kita patut bangga atas hal itu," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Didik Chusnul Yakin kepada wartawan di lokasi, Sabtu (17/10/2015) kemarin.



Didik menyebutkan, keempat pusaka Majapahit itu berupa Pataka (lambang) Majapahit, Tombak Samudera, Payung Song-song Gringsing, serta Bendera Gula Kelapa. "Pusaka Majapahit berupa Bendera Gula Kelapa yang salah satunya diadopsi sebagai bendera kebangsaan kita, yakni Bendera Merah Putih," sebutnya.

Setelah suguhan prosesi sakral kirab pusaka, para tamu undangan dan ribuan penonton dihibur karnaval kebudayaan Majapahit. Diantaranya berupa parade keanggunan Putri Maheswari permaisuri Raja Hayam Wuruk, atraksi prajurit Bhayangkari bersenjatakan panah dan tombak, tari Mayang Rontek, Tari Sekar Bawonorum, parade fashion Surya Majapahit, hingga drama Besut dan Rusmini.

Tak ketinggalan, kesenian Bantengan dan Kuda Lumping juga menghibur ribuan pasang mata yang membanjiri halaman Pendopo Agung dan sepanjang jalan menuju Kompleks Makam Troloyo. Karnaval budaya Majapahit itu berjalan dari Pendopo Agung ke makam Syekh Jumadil Kubro tersebut.



"Tema Ruwat Agung Nuswantoro kali ini Mojokerto culture carnival, kami mengangkat kebudayaan Majapahit yang masih lestari dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Mojokerto untuk disuguhkan kepada masyarakat," imbuh Didik.

Tak pelak, tradisi Ruwat Agung Nuswantoro yang digelar setiap awal Bulan Suro ini mengundang ribuan pengunjung. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana penonton bisa leluasa menyaksikan kirab dari dekat.

Kali ini ribuan penonton hanya bisa menyaksikan dari balik pagar besi yang dipasang di sepanjang jalur kirab. Meski sedikit membatasi akses penonton, penataan ini membuat kirab berjalan lancar sebab jalur steril dari penonton dan kendaraan yang memadati jalan.



(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads