Ngangaidah, Upacara Sedekah Laut Khas Suku Bajo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ngangaidah, Upacara Sedekah Laut Khas Suku Bajo

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Selasa, 24 Nov 2015 07:55 WIB
Arak-arakan sedekah laut (Randy/detikTravel)
Morowali - Seperti masyarakat pesisir Indonesia lainnya, Suku Bajo di Morowali punya upacara adat sedekah laut. Wisatawan tak boleh melewatkan keseruan upacara ini kalau menjumpainya.

Festival Bajo Pasakayyang 2015 di Pulau Kaleroang yang telah usai turut menjadi ajang untuk memperkenalkan adat budaya Suku Bajo. Salah satunya adalah melalui upacara adat Ngangaidah atau sedekah laut khas Suku Bajo.

Saat Festival Bajo Pasakayyang berlangsung di Pulau Kaleroang Sabtu lalu, ribuan iring-iringan kapal hias sudah tampak memadati dermaga utama sejak pagi hari. Masyarakat yang didominasi oleh Suku Bajo tampak begitu antusias untuk meramaikan festival.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suku Bajo yang dikenal juga sebagai suku pengembara laut yang tinggal berpindah dengan menggunakan perahu, tersebar di beberapa daerah di Pulau Sulawesi dan Nusantara. Festival tersebut juga menjadi ajang kumpul dan saling bertemu antar Suku Bajo.

"Pasakayyang itu artinya massal atau bersama, Bajo Pasakayyang, jadi semua Suku Bajo bertemu di festival ini," ujar salah satu panitia Festival Bajo Pasakayyang, Reny pada detikTravel, Sabtu (21/11/2015).


Ibu-ibu yang menjaga dupa dan menunggu upacara (Randy/detikTravel)

Festival pun dimulai dengan upacara adat Ngangaidah atau sedekah laut yang dimulai secara simbolis dengan pengibaran bendera hitam ula-ula. Setelah bendera dikibarkan, lantunan alat musik dibunyikan dan disertai oleh bunyi terompet sangkakala Suku Bajo yang disebut Nagabulo.

Tampak juga beberapa ibu-ibu yang menyalakan dupa. Dimana salah satunya tampak seperti tengah kerasukan dan menari di antara para tokoh desa yang membawa sesajen dan dayung yang juga menjadi atribut upacara. Sambil membawa sesajen dan bendera ula-ula, arak-arakan pun berjalan hingga ke dermaga.


Iring-iringan adat Suku Bajo yang membawa bendera ula-ula (Randy/detikTravel)

Di dermaga, rombongan pun turun ke salah satu perahu berukuran besar yang berfungsi sebagai salah satu panggung utama. Gong segera berbunyi, diikuti dengan atraksi tari-tarian oleh Suku Bajo yang didominasi warna hitam.

"Suku Bajo itu ciri khasnya warna hitam, semua yang pakai baju warna hitam itu orang Bajo," jelas Reny.


Sesajen yang terdiri dari berbagai jenis makanan (Randy/detikTravel)

Kemudian, sesajen beserta dupa yang sebelumnya disiapkan dibawa ke atas panggung dan dilarungkan ke atas laut sebagai simbol persembahan bagi laut dan leluhur. Usai upacara beberapa orang Suku Bajo larut dalam keriaan dengan saling guyur air.

Kebetulan pagi itu udara sangatlah terik, acara guyur-guyuran itu pun menjadi tontonan menarik yang disertai dengan canda tawa. Bajo Pasakayyang!


Melarungkan sesajen di air (Randy/detikTravel)

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads