Selasa, 01 Des 2015 08:42 WIB
DOMESTIC DESTINATIONS
Ada Kebun-kebun Nan Indah di Pedalaman Papua
Afif Farhan
detikTravel

Ugimba - Membayangkan pedalaman Papua, mungkin yang terlintas di pikiran adalah hutan lebat tak terjamah. Siapa sangka kita bisa melihat kebun warga nan rapi dan indah.
Berkebun merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan para mama (sebutan bagi wanita yang sudah menikah) di Papua. Begitu pun di wilayah pedalamannya, mari lihat kebunnya yang semuanya dibuat dengan tanpa mesin.
Ugimba, inilah desa di pedalaman Papua yang masuk dalam Kabupaten Intan Jaya. Desa yang belum ada listrik apalagi jalanan beraspal. Masyarakatnya masih tidur di honai, yang merupakan rumah adat dan terbuat dari kayu dan jerami. Kalau pun ada rumah yang beratapkan seng dan sudah modern dari yang lain, bisa dihitung jari.
detikTravel ketika tergabung dalam Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 pada bulan Agustus lalu menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di Ugimba. Selain berkeliling desanya untuk melihat beragam destinasi wisata, bertemu dengan masyarakat asli di sana jadi agenda yang paling dinanti.

Perkebunan di dekat honai (Afif/detikTravel)
Termasuk, ketika diajak melihat perkebunan di sana. Sekitar pukul 07.00 WIT, para mama sudah bergegas diri datang ke kebun-kebun mereka yang lokasinya tak jauh dari rumah. Mereka mulai menanam bibit, memetik hasil panen dan menyiram. Satu kebun, luasnya bisa berukuran 20 kali 20 meter.
"Pekerjaan mama itu sehari-hari berkebun. Mereka menanam ubi, kol, bayam merah, kedelai dan sayur mayur. Sedangkan para pria tidak berkebun, tapi berburu ke hutan," ujar Maximus, tokoh setempat sekaligus ketua panitia Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015.

Para mama yang sedang berkebun (Afif/detikTravel)
Para mama, akan mengajak anak perempuannya ke kebun. Begitu pula para bapak, akan mengajak anak laik-lakinya masuk ke dalam hutan untuk berburu. Tapi, kata Maximus, para pria juga kerap membereskan kebun-kebunnya.
"Mereka itu menggemburkan tanah memakai kayu. Sudah itu saja, sisanya memetik dan menanam itu kerjaan mama," tuturnya.
Perkebunan di sana menjadi objek fotografi yang menarik. Naiklah ke atas bukit, maka Anda akan melihat perkebunan yang luas dan berpetak-petak. Ditambah dengan para mama yang sedang bekerja, pasti jadi jepretan yang keren.

Potret perkebunan dari atas (Afif/detikTravel)
Para mama juga tak malu untuk berinteraksi dengan traveler. Bahkan, mereka suka memberikan hasil kebunnya. Kol di sana besar-besar dan ubinya tebal-tebal. Enak!
Hasil perkebunannya, juga menjadi makanan masyarakat setempat sehari-hari. Mereka juga kerap menjualnya ke Sugapa atau Timika, dengan berjalan kaki bisa satu hari penuh. Namun sayang, kebanyakan sayuran dan hasil kebunnya sudah hancur atau layu di jalan. Terang saja, belum ada transportasi dan akses untuk dan dari ke Ugimba.
Selamat datang di Ugimba dan potretlah perkebunan di sana. Jangan lupa bilang 'amakane', yang dalam bahasa setempat artinya terimakasih.

Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 mengelilingi perkebunan di Ugimba (Afif/detikTravel)
(aff/aff)
Berkebun merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan para mama (sebutan bagi wanita yang sudah menikah) di Papua. Begitu pun di wilayah pedalamannya, mari lihat kebunnya yang semuanya dibuat dengan tanpa mesin.
Ugimba, inilah desa di pedalaman Papua yang masuk dalam Kabupaten Intan Jaya. Desa yang belum ada listrik apalagi jalanan beraspal. Masyarakatnya masih tidur di honai, yang merupakan rumah adat dan terbuat dari kayu dan jerami. Kalau pun ada rumah yang beratapkan seng dan sudah modern dari yang lain, bisa dihitung jari.
detikTravel ketika tergabung dalam Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 pada bulan Agustus lalu menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di Ugimba. Selain berkeliling desanya untuk melihat beragam destinasi wisata, bertemu dengan masyarakat asli di sana jadi agenda yang paling dinanti.

Perkebunan di dekat honai (Afif/detikTravel)
Termasuk, ketika diajak melihat perkebunan di sana. Sekitar pukul 07.00 WIT, para mama sudah bergegas diri datang ke kebun-kebun mereka yang lokasinya tak jauh dari rumah. Mereka mulai menanam bibit, memetik hasil panen dan menyiram. Satu kebun, luasnya bisa berukuran 20 kali 20 meter.
"Pekerjaan mama itu sehari-hari berkebun. Mereka menanam ubi, kol, bayam merah, kedelai dan sayur mayur. Sedangkan para pria tidak berkebun, tapi berburu ke hutan," ujar Maximus, tokoh setempat sekaligus ketua panitia Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015.

Para mama yang sedang berkebun (Afif/detikTravel)
Para mama, akan mengajak anak perempuannya ke kebun. Begitu pula para bapak, akan mengajak anak laik-lakinya masuk ke dalam hutan untuk berburu. Tapi, kata Maximus, para pria juga kerap membereskan kebun-kebunnya.
"Mereka itu menggemburkan tanah memakai kayu. Sudah itu saja, sisanya memetik dan menanam itu kerjaan mama," tuturnya.
Perkebunan di sana menjadi objek fotografi yang menarik. Naiklah ke atas bukit, maka Anda akan melihat perkebunan yang luas dan berpetak-petak. Ditambah dengan para mama yang sedang bekerja, pasti jadi jepretan yang keren.

Potret perkebunan dari atas (Afif/detikTravel)
Para mama juga tak malu untuk berinteraksi dengan traveler. Bahkan, mereka suka memberikan hasil kebunnya. Kol di sana besar-besar dan ubinya tebal-tebal. Enak!
Hasil perkebunannya, juga menjadi makanan masyarakat setempat sehari-hari. Mereka juga kerap menjualnya ke Sugapa atau Timika, dengan berjalan kaki bisa satu hari penuh. Namun sayang, kebanyakan sayuran dan hasil kebunnya sudah hancur atau layu di jalan. Terang saja, belum ada transportasi dan akses untuk dan dari ke Ugimba.
Selamat datang di Ugimba dan potretlah perkebunan di sana. Jangan lupa bilang 'amakane', yang dalam bahasa setempat artinya terimakasih.

Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 mengelilingi perkebunan di Ugimba (Afif/detikTravel)
(aff/aff)