Tenun ikat banyak dihasilkan dari Indonesia bagian Tengah dan Timur, termasuk di Alor, NTT. Tenun ikat sendiri dikenal sebagai salah satu kain dengan warna dan corak yang menarik. Untuk menghasilkan warna yang oke, tentunya dibutuhkan bahan pewarna yang atraktif pula.
Meski banyak penenun yang beralih menggunakan pewarna kimia, masih ada penenun di Alor yang setia memakai pewarna alami. Hasilnya pun tetap cantik sekaligus ramah lingkungan.
Kain dibuat dengan alat tenun bukan mesin (Kurnia/detikTravel)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentra tenun ikat ini terlihat sederhana. Tapi sudah menghasilkan banyak tenun ikat yang berkualitas dengan cara tradisional, tanpa menggunakan mesin.
Di pekarangan bangunan ditumbuhi beragam tanaman, di mana daun hingga akar-akarnya dapat dimanfaatkan untuk bahan pewarna. Misalnya saja akar tanaman mengkudu untuk warna merah.
Bahan pewarna alami ini setiap warnanya akan diletakkan dalam botol berbeda dan disusun di rak yang mudah dijangkau. Penenun tinggal ambil saja saat akan melakukan proses pewarnaan.
(Kurnia/detikTravel)
Wisatawan yang berkunjung ke Gunung Mako ini bisa melihat langsung proses pembuatan tenun ikat. Mulai dari proses ikat untuk pembentukan motif, pencelupan warna hingga pengeringan yang terkadang butuh waktu hingga tiga hari.
Sebaiknya datanglah sebelum sore agar bisa bertemu banyak mama-mama yang ahli menenun. Kalau ingin tahu lebih dalam tentang tenun ikat, para mama itu akan menjelaskan dengan ramah.
Kain-kain yang sudah selesai dibuat pun cocok sekali untuk oleh-oleh. Ada aneka pilihan motif dan warna yang bisa traveler pilih sesuai selera.
Salah satu alat untuk membuat kain tenun (Kurnia/detikTravel) (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda