Kotabaru, Jejak Eropa di Yogyakarta yang Kamu Mungkin Belum Tahu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sisi Lain Yogya

Kotabaru, Jejak Eropa di Yogyakarta yang Kamu Mungkin Belum Tahu

Bagus Kurniawan - detikTravel
Kamis, 24 Mar 2016 08:20 WIB
Museum Sandi TNI, salah satu gedung Eropa di Kotabaru (Bagus/detikTravel)
Yogyakarta - Siapa bilang bangunan bersejarah di Yogyakarta cuma Benteng Vredeburg atau gedung kantor pos. Anda harus ke daerah Kotabaru untuk melihat wajah Eropa di Kota Gudeg.

Kawasan Kotabaru di Kota Yogyakarta dulu oleh pemerintah Hindia Belanda disiapkan sebagai tempat pemukiman orang Eropa. Kawasan ini terletak di sebelah timur Sungai Code yang masuk wilayah Kecamatan Gondokusuman.

Dulu pada zaman Hindia Belanda pusat kegiatan pemerintahan berada di kawasan Malioboro dan sekitarnya seperti Benteng Vredeburg, Gedung Societet Militer, Gedung Agung yang dulu menjadi tempat tinggal Residen Belanda, kantor kepolisian Ngupasan dan lain-lain.

Nah, Kotabaru dulu dibangun sebagai tempat pemukiman orang-orang Eropa yang bekerja dan tinggal di Yogyakarta. Kawasan Kotabaru dirancangnya sebagai sebuah kota taman yang berbentuk radial. Para arsitek, arkeolog ataupun sejarawan menyebutnya kawasan Kotabaru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pepohonan rimbun di Kotabaru (Bagus/detikTravel)

Gedung Balai Bahasa yang bergaya Eropa (Bagus/detikTravel)

detikTravel pun menyusuri kawasan ini, Selasa (22/3/2016). Tampak Kotabaru sebagai kota bergaya Indisch. Bangunan atau rumah-rumah peninggalan Belanda itu sampai sekarang masih ada, meski sudah ada yang berubah menjadi kantor, sekolah, maupun rumah tinggal.

Beberapa ciri yang nampak adalah semua jalan yang terhubung satu sama lain, ada tempat publik seperti lapangan, taman dengan pepohonan besar yang rindang dan lain-lain. Jalan-jalan yang lebar dengan pohon-pohon besar yang sampai sekarang masih tumbuh dan terawat.

Jejak-jejak peninggalan Belanda dengan gaya Indisch itu sampai sekarang masih kita temui di kawasan Kotabaru. Daerah Kotabaru yang pertama kali dibuat oleh Belanda. Sedangkan yang kedua adalah kawasan Sagan hingga RS Panti Rapih yang dulunya disebut Rumah Sakit Onder de Bogen, Yap Boulevard.

Gereja Santo Antonius (Bagus/detikTravel)


Salah satu ciri yang sampai sekarang tidak hilang dan masih ada adalah jalan yang menghubungkan pusat kota saat itu atau kawasan Malioboro yang dulu menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda dengan kawasan Kotabaru. Jalan itu dulunya bernama Kerk Weg (Jalan Gereja) atau jalan menuju Gereja Santo Antonius. Oleh orang Jawa kemudian disebut menjadi jalan Kreteg Kewek yang di atasnya ada jalan kereta api.

Saat ini jalan tersebut bernama Jl Abu Bakar Ali, nama salah satu pahlawan yang gugur dalam pertempuran antara rakyat Indonesia dengan Tentara Jepang di awal kemerdekaan tahun 1945 di Kotabaru yang dulu juga pernah menjadi tangsi militer Tentara Jepang.

Di Kotabaru dari wilayah bagian barat beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih bisa kita temui seperti Gereja Santo Antonius, Gedung Kolese Santo Ignasius (Kolsani), Gereja HKBP, gedung SD Ungaran, SMA 3 eks gedung AMS (Algemene Middelbare School), Kantor Asuransi Jiwasraya, Gedung Museum Sandi, Kantor Balai Bahasa, gardu listrik milik Electrische Centrale van de Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) serta masih banyak rumah-rumah peninggalan Belanda yang kemudian rumah tinggal.

Mobil parkir di depan gedung SMP 5 yang antik (Bagus/detikTravel)


Sedangkan di sisi timur bangunan peninggalan Belanda lainnya yang masih bisa dilihat adalah rumah dinas Komandan Korem 072 Pamungkas dan tangsi militer Kotabaru, gedung SMP 5 dulu eks gedung Normaalschool, SMA Bopkri 1, RS Tentara/DKT.

Sedangkan dibagian utara yakni di Jl Sudirman di antaranya Rumah Sakit Bethesda, Museum TNI Dharma Wiratama, Kantor DPD Golkar DIY, rumah Mr Djody Gondokusumo.

Pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai pohon perindang di antaranya jenis pohon Tanjung, Beringin, Preh dan lain-lain. Dua lapangan bola yang sampai sekarang masih ada adalah lapangan sepak bola SMA 3 dan Stadion Kridosono serta kolam renang Umbang Tirta.

Gardu listrik Belanda yang penuh grafitti (Bagus/detikTravel)


Di bagian barat terutama sepanjang Jl Faridan M Noto, Jl I Dewa Nyoman Oka dan Jl Suroto masih ada jalan yang bagian tengahnya ada taman dengan pohon perindang pohon Tanjung.

"Kawasan Kotabaru termasuk kawasan Indisch untuk permukiman Eropa, dengan beberapa ciri seperti adanya ruang publik seperti lapangan dan taman," ungkap
sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr S Margana, MPhil kepada detikTravel.


(sst/sst)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Sisi Lain Yogyakarta
Sisi Lain Yogyakarta
19 Konten
Liburan ke Daerah Istimewa Yogyakarta memang tidak ada bosannya. Kalau Anda merasa Yogya isinya itu-itu saja, tunggu sampai melihat aneka destinasi berikut ini.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads