Jelajah Karst Terbesar Kedua Dunia di Sulawesi
Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jelajah Karst Terbesar Kedua Dunia di Sulawesi

Kurnia Yustiana - detikTravel
Kamis, 24 Mar 2016 14:15 WIB
Foto: (Kurnia/detikTravel)
Maros - Di Kabupaten Maros ada Rammang-rammang yang bisa dibilang sebagai pegunungan karst terbesar kedua di dunia. Tempat tersebut begitu indah dan asyik buat dijelajah.

Kawasan wisata alam Rammang-rammang bisa ditemukan di Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kalau dari Kota Makassar jaraknya sekitar 40 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 1 jam. Selama wisata di sini, turis bisa melihat pegunungan kapur, gua, telaga, serta naik perahu menyusuri sungai.

detikTravel mengunjungi Rammang-rammang pada Selasa (22/3/2016) kemarin, dalam kunjungan ke Makassar bersama rombongan dari Jakarta atas undangan Novotel Makassar Grand Shayla. Untuk menjelajah hutan batu kapur di sekitar Kampung Berua, Desa Salenrang, harus menyusuri sungai terlebih dahulu dengan naik perahu selama sekitar 15 menit.

(Kurnia/detikTravel)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak perahu yang disewa untuk antar jemput dengan harga mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, tergantung muatan perahu. Untuk melindungi dari terik matahari, traveler bisa menyewa caping sebelum menyusuri sungai. Harganya sekitar Rp 3.000 per topi.

Kalau sudah siap, mulailah perjalanan menyusuri sungai. Di kanan dan kiri sungai akan terlihat bebatuan karst yang tinggi menjulang. Ada pula pepohonan hijau yang semakin menambah indah pemandangan sekitar.

(Kurnia/detikTravel)

Lima belas menit pun terasa berlalu begitu cepat. Kami tiba di dermaga Kampung Berua. Di dekat dermaga ada loket penjualan tiket, harganya Rp 2.500 per orang. Lalu, pegunungan kapur yang memesona pun seakan menyambut wisatawan yang datang.

Jalan sedikit dari dermaga sudah terlihat begitu indahnya gunung-gunung kapur berwarna hitam keabu-abuan, dengan warna hijau dari tumbuhan yang hidup di sana. Pemandangan makin indah dengan adanya sawah yang luas di sekitarnya.

Luas pegunungan kapur ini mencapai sekitar 45 ribu hektar. Nama Rammang-rammang sendiri berasal dari bahasa Makassar yang bisa diartikan sebagai awan atau kabut. Di pagi hari atau saat hujan Rammang-rammang biasanya akan tampak berkabut.

(Kurnia/detikTravel)

Setelah menikmati pemandangan sejenak, kami mulai berjalan kaki menjelajah pegunungan kapur. Jalan kecil yang dilewati hanya muat untuk satu orang. Jalan tersebut diapit di antaranya sawah yang luas, dengan latar pegunungan kapur.

Saat itu sawah-sawah tampak menghijau. Jadi walaupun rasanya panas terik, perjalanan tetap menyenangkan. Kalau ingin sambil foto-foto pun bisa, berbagai sisi Rammang-rammang terlihat begitu fotogenik untuk diabadikan dalam kamera.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami tiba di salah satu sisi bawah karst. Menurut seorang penduduk setempat, di sini ada lukisan telapak tangan yang dibuat oleh manusia purba. Tak banyak memang, tapi tetap saja ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berharga.

(Kurnia/detikTravel)

Tak jauh dari sana, ada sebuah gua namun pintu masuknya begitu kecil sehingga agak sulit untuk dimasuki. Selain itu ada juga batu unik yang menyeruak dari dinding gunung kapur, namanya Batu Kingkong.

Dinamakan begitu karena jika dilihat dengan seksama, bentuknya menyerupai wajah kingkong. Tempat ini pun sering dijadikan lokasi foto-foto wisatawan.

Puas jelajah sekitar, kami kemudian kembali berjalan ke dermaga. Perahu sudah siap dinaiki menuju Rammang-rammang Cafe untuk makan siang dan kemudian kembali ke dermaga awal.

Jika punya banyak waktu untuk jelajah Rammang-rammang, ada banyak lagi objek menarik yang bisa dikunjungi. Seperti beberapa gua lainnya dan telaga yang cantik.

(Kurnia/detikTravel)

Rammang-rammang begitu memesona, tapi memang belum begitu dipadati turis. Suasana pun masih begitu asri dan fasilitas cukup lengkap, ada toilet serta musala.

Traveler yang ingin bersantai sejenak dari padatnya kehidupan perkotaan rasanya pas sekali liburan ke mari. Yang penting tetap menjaga kebersihan dan tidak merusak alam yang indah. (krn/krn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads