Berbagai kisah hingga keindahan proses alam mewarnai jembatan akar yang merupakan salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dihimpun oleh detikTravel, Kamis (21/4/2016), berikut 6 fakta tentang jembatan akar tersebut:
1. Umurnya sudah 100 tahun
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahulu ada seorang tokoh tua cerdik ulama setempat bernama Pakiah Sokan. Derasnya aliran Sungai Bayang membuat beliau berinisiatif untuk membuat jembatan sederhana dari bambu untuk menghubungkan Desa Pulut-pulut dan Desa Lubuk Silau yang terpisah oleh arus sungai.
Namun perlahan, akar dari kedua pohon yang ada mulai menjalar dan melilit di jembatan bambu tersebut. Setelah mengalami proses lama, akhirnya jadilah jembatan akar seperti sekarang.
2. Akar pohon beringin
Fakta kedua, akar yang melilit jembatan tersebut hingga menjadi seperti sekarang berasal dari pohon beringin. Entah bagaimana alam menumbuhkan dua pohon beringin yang saling menghadap dan dipisahkan oleh sungai untuk menyatu kembali di kemudian hari.
"Dulunya antara kampung sebelah dan sebelahnya ada pohon beringin, dia kasih bambu buat orang lewat. Pelan-pelan bambunya habis, tapi akarnya kan ngelilit, jadilah jembatan yang seperti itu," jelas Kabid Kepariwisataan Pemuda dan Olahraga Pesisir Selatan, Armaini saat diwawancarai detikTravel, Jumat lalu (15/4/2016)
Di Jawa dan sekitarnya, pohon beringin memang disakralkan oleh banyak orang. Pohon tersebut memiliki waktu hidup yang bisa dibilang lebih dari umur manusia. Semakin tua, akarnya akan menjadi panjang hingga membuat surai layaknya kanopi. Sungguh hebat kebesaran Tuhan.
3. Panjangnya 25 meter
Selain dibentuk oleh alam, jembatan akar juga memiliki panjang yang tidak pendek. Secara teknis, jembatan akar memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter serta tinggi 10 meter dari bibir sungai.
4. Sudah dimodifikasi dengan tali besi
Untuk menjaga keberlangsungan hidup jembatan akar tersebut, pemkab setempat telah menambahkan tali besi pada jembatan tersebut. Fungsinya tidak untuk merusak, melainkan untuk melindungi.
Saat musim hujan, debit air Sungai Bayang bisa naik hingga menyentuh jembatan. Ditakutkan derasnya air dapat merusak jembatan akar apabila dibiarkan. Tali besi yang ada dapat mengangkat jembatan hingga melebihi debit air kala musim hujan.
Lalu telah ditambahkan juga pijakan kayu agar wisatawan lebih mudah berjalan. Saat melewatinya, traveler juga diwajibkan untuk hati-hati agar tidak slip atau terjatuh.
5. Tempat rekreasi populer
Di kalangan wisatawan setempat dan sekitarnya, jembatan akar milik Kabupaten Pesisir Selatan ini sudah menjadi objek wisata populer. Saat detikTravel berkunjung, tampak muda-mudi yang diketahui berasal dari Jambi. Mereka sibuk berfoto kekinian di atas jembatan tersebut. Artinya sudah populer.
Lebih sore lagi, tampak anak-anak setempat yang datang dan melompat dari atas jembatan akar. Ada juga yang membawa ban dan bersantai di sungai. Tiada taman rekreasi air Waterboom, jembatan akar menjadi alternatif tempat permainan yang tidak kalah seru.
Jika ingin datang dan melihatnya secara langsung, traveler harus lebih dulu membayar retribusi sebesar Rp 5 ribu per kepala. sejumlah d'Traveler sempat menyebut harga tiket Rp 15 ribu, tapi mungkin kami mendapat harga lebih murah karena datang sore. Bagi yang membawa kendaraan juga akan kena retribusi lebih.
6. Masih ada sampah
Terakhir adalah masalah yang meliputi semua objek wisata di Indonesia, sampah! Saat detikTravel berkunjung ke sana, masih dijumpai sampah bekas plastik sampo hingga kantong kresek hitam yang menjuntai di jembatan. Agaknya itu adalah sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan yang kurang bertanggung jawab.
Padahal sudah ada toilet umum hingga tempat sampah yang disediakan, tapi nyatanya wisatawan masih kurang dewasa dan masih membuang sampah sembarangan. Sekiranya pemkab semakin tegas dan dapat menugaskan pengawas untuk menegur hingga menjaga kebersihan. Saat ini jembatan dikelola oleh pemilik tanah serta pemkab Pesisir Selatan.
Jembatan akar dapat dicapai sekitar satu jam dari Kota Padang dengan kendaraan darat, dan setengah jam dari Kota Painan. Dari Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan, jaraknya 24 km. Sedangkan dari Kota Padang, jaraknya sekitar 80 km melewati Teluk Bayur. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit