Kota Palembang memang layak menjadi salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi. Kota ini merupakan saksi atas berjayanya Kerajaan Sriwijaya dulu.
Kemashuran kerajaan ini mengundang para pedagang dari Arab dan China untuk melakukan transaksi perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya. Tidak heran memang, kebudayaan lokal Palembang sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akses menuju ke sana tidaklah sulit. Di dermaga yang berada di bawah Jembatan Ampera (Benteng Kuto Besak), banyak perahu yang disewakan untuk melayani wisatawan yang ingin berkunjung kesana.
Gerbang menuju Pulau Kemaro (Anggi Agistia/d'Traveler)
Pulau Kemaro merupakan salah satu objek wisata yang wajib untuk disinggahi. Untuk menuju ke sana, wisatawan harus naik perahu dan membelah Sungai Musi. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi dengan rumah-rumah terapung dan kehidupan masyarakat Palembang yang tinggal di sepanjang sungai.
Sesampai di Pulau Kemaro, nuansa pecinan terlihat jelas dari bangunan yang ada. Di pulau ini memang terdapat kelenteng yang masih digunakan, khususnya ketika Cap Go Meh.
Sebagian besar warga Palembang keturunan Tionghoa akan sembahyang di kelenteng ini. Kelenteng yang terletak di tengah pulau dan berdiri gagah merupakan bukti bahwa budaya Tionghoa tumbuh dan berkembang di Palembang.
Suasananya seperti di China (Afif/detikTravel)
Pulau Kemaro juga identik dengan legenda yang berkembang dan sampai saat ini masih dipercayai oleh masyarakat. Alkisah, dahulu kala terdapat puteri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh bangsawan Tionghoa bernama Tan Bun An.
Suatu ketika, Siti Fatimah diajak ke negeri Tiongkok oleh Tan Bun An untuk bertemu dengan keluarganya yang berada disana. Sepulangnya ke Palembang, mereka dihadiahi tujuh buah guci oleh orangtua Tan Bun An.
Ketika kapal yang mereka tumpangi sampai di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah yang diberikan oleh orang tuanya. Dia sangat kaget karena mengetahui bahwa di guci tersebut hanya berisi sayur-sayuran yang sudah membusuk. Tanpa berpikir panjang lagi, Tan Bun An membuang satu persatu guci tersebut ke Sungai musi.
Sampai pada guci yang ketujuh, ternyata pecah, dan terdapat emas yang berada di dalamnya. Emas sengaja ditutupi dengan sayuran untuk menghindari ancaman bajak laut. Mengetahui bahwa hadiah dari orang tuanya adalah emas, Tan Bun An langsung menceburkan dirinya ke sungai untuk mengambil guci-guci tersebut.
Salah satu patung dewa (Hendikarisman/d'Traveler)
Melihat suaminya yang tidak muncul ke permukaan, Siti Fatimah lalu ikut menceburkan dirinya ke sungai. Namun naas, Keduanya tidak muncul ke permukaan. Oleh karena itu, masyarakat sekitar masih sering datang ke Pulau Kemaro untuk mengenang suami istri tersebut.
Selain adanya kelenteng yang berdiri di tengah pulau, di pulau tersebut juga terdapat pohon cinta. Konon katanya, kalau sepasang muda mudi menuliskan namanya di sana, akan berakhir di pelaminan. Jadi tidak hanya punya kisah tragis, Pulau Kemaro juga punya mitos cinta.
Namun jika hanya ingin melihat keindahan Pulau Kemaro, traveler bisa mampir ke situs Ekspedisi Elang Nusantara yang digagas oleh Telkomsel. Lewat program tersebut, Telkomsel akan mengungkapkan pesona Indonesia melalui video yang diambil dari dua drone berjenis UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang melintasi lebih dari 50 kota di Indonesia selama sebulan penuh.
Hari ini (24/4) drone yang diterbangkan dari Barat sedang mengudara di atas langit Palembang. Cukup dengan klik di sini, traveler bisa menyaksikan keindahan Pulau Kemaro hingga Jembatan Ampera dan Sungai Musi secara live dari layar monitor. Simpel dan mudah!
Menjelang sore, pelataran Pagoda Kelenteng Hok Tjing Rio jadi arena olahraga (Afif/detikTravel) (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Viral WNI Curi Tas Mewah di Shibuya, Seharga Total Rp 1 M
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Pemkab Jamin Wisata Aman dan Nyaman
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Polisi Mediasi