Pura Lingsar, Lambang Kerukunan Islam dan Hindu di Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pura Lingsar, Lambang Kerukunan Islam dan Hindu di Lombok

Yudhistira Amran Saleh - detikTravel
Kamis, 28 Apr 2016 12:10 WIB
Foto: Pura Lingsar di Lombok (Yudhistira/detikTravel)
Lombok -
Toleransi antar umat beragama Islam dan Hindu terpancar di Pura Lingsar, Lombok. Pura ini pun jadi salah satu destinasi wisata religi yang sayang dilewatkan.

Banyak yang bilang bahwa Lombok mirip dengan Bali. Baik dari segi budayanya maupun juga adat istiadatnya. Mungkin saja, ada beberapa yang sama dan ada beberapa hal yang berbeda.

Hal yang sama mungkin mengenai adanya pura sebagai tempat persembahyangan umat Hindu yang tersebar di beberapa titik di Lombok dalam skala kecil. Dan hal yang berbeda adalah penyebaran masjid di Bali tak sebanyak di Lombok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir 95 persen orang Lombok beragama Islam dan sisanya ada Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Di suatu daerah di Lombok yaitu Desa Lingsar terdapat pura yang bisa dikatakan sebagai simbol kerukunan umat beragama khususnya Islam dan Hindu yaitu Pura Lingsar.

Pura Lingsar ini merupakan pura yang dibangun oleh Raja Anak Agung Ketut Karangasem pada tahun 1741. Dan pura ini dianggap paling suci di Lombok.


Raja Anak Agung Ketut Karangasem dahulu membangun tempat ini sebagai lambang pemersatu. Karena itu di sini tak ada lebih tinggi, lebih rendah, atau juga lebih luas.

detikTravel pada Rabu (27/4/2016) kemarin berkesempatan untuk mengunjungi pura ini. Peraturan tak tertulis yang ada di pura adalah mengenai masalah sesaji yang biasa digunakan oleh umat Hindu.

Dalam peraturan tersebut disampaikan bahwa bilamana umat Hindu menghantarkan sesaji kepada dewa-dewa tidak boleh ada unsur babi. Di mana babi itu merupaka hewan yang diharamkan oleh umat Islam. Begitu juga dengan umat Islam jika Idul Adha dilarang memotong sapi yang dianggap suci oleh umat Hindu.

Pura Lingsar ini sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat beribadah umat Hindu dan umat Islam suku Sasak. Untuk mengeratkan tali silaturahmi antara Islam dan Hindu, tiap tahun di Pura Lingsar juga ada upacara yang melibatkan kedua agama ini.

Upacara tersebut bernama Perang Topat. Ini merupakan upacara lempar melempar ketupat antara orang Islam dan Hindu sebagai wujud rasa syukur atas kerukunan yang terjalin selama ini dan juga atas rejeki yang melimpah ruah.

Selain simbol kerukunan umat beragama, Pura Lingsar juga dibuat sebagai replika dari Gunung Rinjani. Saat itu, karena semakin tuanya usia sang raja, maka replika objek yang ada di Gunung Rinjani seperti Segara Anak dibuat di pura ini.

Saat detikTravel melihat replika dari Danau Segara Anak sedang ada pemugaran di sisi-sisi danau. Beberapa ikan juga tampak berada di dalam danau buatan.

Pura juga memiliki kolam keramat. Kolam yang dikeramatkan ini airnya bersumber langsung dari Gunung Rinjani. Maka dari itu walau musim kering, kolam tidak pernah kekeringan karena air yang masuk ke kolam langsung dari Gunung Rinjani.

Selain terdapat kolam keramat, terdapat juga 9 pancuran. 9 pancuran itu dikeramatkan dan juga merupakan simbol dari Wali Songo.

"Air dari 9 pancuran yang melambangkan Wali Songo dan suci ini bisa untuk wudhu kemudian juga memohon berkah, kesuksesan, kebahagiaan. 4 pancuran di area atas dan 5 pancuran di area bawah. Bila mau masuk diharapkan memakai selendang kain sembahyang," kata tour guide bernama Babon.

Tentunya menyenangkan bisa berkunjung langsung ke Pura Lingsar. Traveler yang berencana liburan ke Lombok, jangan lupa masukkan Pura Lingsar dalam itinerary ya agar tak terlewat. (yds/krn)

Hide Ads