Pada awalnya, musik keroncong dibawa oleh para bangsa Portugis yang datang ke Indonesia. Di kampung inilah musik keroncong berkembang dan menyebar ke nusantara.
Dalam acara Charity Walking Tour Kampung Tugu yang diselenggarakan oleh Jakarta Food Adventure pada Minggu lalu, (8/5/2016), detikTravel berkesempatan singgah ke kampung di Jakarta Utara yang ternyata menjadi akarnya musik keroncong. Namanya adalah Kampung Tugu.
"Keroncong itu awalnya dari Tugu, dibawa oleh tawanan Portugis oleh Belanda dari Malaka," ujar salah satu pemandu Jakarta Food Adventure, Ira Lathief.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat jauh dari mana-mana, mereka pun membuat hiburan dengan memainkan alat musik seperti ukulele yang dikenal dengan Macina. Dari situ, lahirlah musik Keroncong Tugu yang masih ada dan berkembang menjadi salah satu musik nusantara.
"Dulunya keroncong itu dengan bahasa Portugis. Mereka kan butuh hiburan, mereka nyanyi crong crong crong, kereoncong dari situ," cerita Ira.
Sayang, seiring dengan berjalannya waktu musik Keroncong Tugu semakin sulit dinikmati. Selain jumlah pemain yang kian sedikit, biasanya Keroncong Tugu hanya dapat didengar saat ada acara atau event besar saja.
Alat musik Macina yang mirip ukulele (Randy/detikTravel)
Beruntung detikTravel dapat melihat secara langsung Keroncong Tugu di tempat aslinya atas request pihak penyelenggara JFA. Saya dan rombongan pun bertandang ke sanggar grup musik Cafrinho di Jalan Bhineka I, salah satu yang masih eksis.
Sesampainya di sana, grup Keroncong Tugu Cafrinho telah hadir necis dalam balutan pakaian yang khas. Antara lain mengenakan topi jadul ala bangsa Portugis, kemeja putih lengan panjang, serta celana dan syal bermotif etnik.
Sambil menunggu mereka bersiap, sajian khas lokal yang sarat dengan citarasa Portugis pun dihidangkan. Antara lain panganan ketan unti, pisang udang hingga apem kinca. Sedap!
kuliner lokal ketan unti (Randy/detikTravel)
Tanpa basa-basi musik pun segera mengalir. Lagu khas Yan Kalageti yang memiliki arti mau buang air serta Gatu Matu yang memiliki arti kucing hutan pun dinyanyikan. Liriknya pun masih menggunakan bahasa Kreol Portugis yang dahulu diucapkan dalam komunikasi sehari-hari.
Suasana pun kian meriah ketika salah satu anggota grup Cafrinho mulai mengajak peserta untuk menari ala Portugis. Sambil diiringi musik keroncong, semua tampak asyik bergoyang dengan ceria.
Keseruan peserta yang ikut berjoget (Randy/detikTravel)
Ingin tahu lebih banyak, saya pun sempat mengobrol dengan salah satu anggota grup Cafrinho yang merupakan keturunan Portugis, Eugeniana Quiko atau yang akrab disapa Ena.
"Asalnya dari sini ini tuh cikal bakalnya keroncong. Tahun 1925 itu udah bentuk grup, tapi aslinya dari abad ke-16," ujar Ena.
Selain hadir pada acara besar seperti Natal dan Tahun Baru, Keroncong Tugu Cafrinho juga sering tampil untuk mengisi acara pernikahan hingga makan malam. Mereka pun bisa dipanggil untuk mengisi acara.
"Mulai dari penikahan sampai acara makan malam, banyak. Tahun baru sama Natal, acara Rebo-rebo juga," terang Ena.
Tentunya musik Keroncong Tugu menjadi kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan keberadaanya. Mampir saja langsung ke Kampung Tugu atau saat Tahun Baru untuk menyaksikan keseruan musik peninggalan Portugis yang masih tersisa.
Hanya ada di Kampung Tugu (Randy/detikTravel)
(krn/rdy)












































Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi