Pada hari Minggu lalu (8/5/2016), detikTravel pun berkesempatan untuk menjelajahi Kampung Tugu di Jakarta Utara bersama Jakarta Food Adventure. Sejarahnya, Kampung Tugu merupakan pemukiman Portugis yang masih ada di Jakarta kini.
Selain melihat Gereja Tugu dan bertemu dengan sejumlah keturunan langsung dari para pendatang Portugis, detikTravel juga singgah ke salah satu rumah tertua yang masih berdiri di Kampung Tugu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumah ini yang saya tahu sudah ditempati lima generasi. Jadi menurut perkiraan rumah ini sudah ada sejak 250 tahun yang lalu. Itu yang saya ingat ya," ujar Arthur.
Menurut cerita Arthur, dahulu rumah ini ditempati oleh ayah dari Buyutnya yang bernama Andreas Andries hingga generasinya. Dahulu kondisi rumah pun masih dikeliling oleh hutan dan sawah, kontras dengan sekarang yang dikelilingi beton dan truk kontainer yang lalu lalang.
"Dulu ini rumah satu belakang kebun dikellingi sawah. Orang tugu itu dulu rumahnya berjauhan, benar-benar kampung karena luas sekali, penduduknya sedikit," cerita Arthur.
Bagian dalam rumah (Randy/detikTravel)
Dari segi orisinalitas, Arthur mengaku kalau hanya tinggal bagian depan rumah saja yang masih asli. Tembok di bagian dalamnya yang dulu bambu telah diubah menjadi seperti rumah modern karena yang lama sudah rusak.
"Ya, kita pertahankam depannya saja. Kalau sisi kiri dan kanan dalam rumah itu dulu pakai bilik bambu. Tahun 80 dibikin tembok, ini rumah keluarga," jelas Arthur.
Namun secara fisik, rumah tua peninggalan Portugis tersebut tampak sedikit tak terurus. Di bagian depan saja langit-langitnya tampak sudah hampir ambruk. Padahal rumah tersebut masuk dalam daerah cagar budaya karena berdekatan dengan gereja.
"Sebenarnya satu paket dengan gereja, karena radius 600 meter dari gereja. Pada tahun 70 sudah ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya, itu zaman Gubernur Ali Sadikin.
Langit-langit di teras rumah yang sudah jebol (Randy/detikTravel)
Pada tahun 2010 sempat ada bantuan dari pemerintah DPRD untuk melakukan pemugaran Kampung Tugu. Namun karena suatu alasan, akhirnya dana tersebut tidak kunjung diberikan. Renovasi pun urung dilakukan.
"Tahun 2010 mau dipugar, satu paket dengan gereja. Telah disetujui anggaran dari DPRD sebesar 2,3 miliar, 700 juta buat sini. Tapi dari pihak gereja gak mau ditata, diminta uangnya saja. Ya gak dikasih lah. Akhirnya karena 1 paket batal.
Sedihnya lagi, tidak jarang rumah tersebut terkena rembesan banjir dari bawah setiap empat hingga lima bulan sekali. Sungguh pilu nasib dari rumah bersejarah peninggalan Portugis yang masih tersisa itu.
Entah kapan rumah bersejarah itu akan direnovasi, sebelum takluk pada roda pembangunan dan debu dari truk kontainer yang sehari-harinya lalu lalang di sana..
Foto keluarga di dalam rumah (Randy/detikTravel)
(rdy/rdy)












































Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi