Kawasan agrowisata Tutur terletak di lereng Gunung Bromo, menawarkan keindahan alam yang memukau. Hawa dingin, udara segar dan panorama alam yang hijau membuai dan membuat perasaan menjadi tenang.
Selain pemandangan alam, traveler juga bisa menikmati aneka kebun bunga. Di kawasan ini, selain wisata Petik Apel, terdapat ratusan green house bunga mawar dan krisan. Berjalan-jalan diantara aneka warna bunga indah, dijamin bisa menghilangkan penat dan bisa melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk rutinitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meksi puncak panen krisan pada bulan Oktober-Desember, namun banyak diantara petani yang sudah menanam krisan secara berjenjang sehingga bisa panen setiap saat. Traveler yang datang selain bisa menikmati bunga hias ini bermekaran, juga bisa melihat langsung saat dipanen.
(Muhajir Arifin/detikTravel)
Salah seorang pemilik kebun krisan di Desa Wonosari, Romana (48), mengatakan berkebun krisan bagi dia bukan hanya soal mencari penghasilan. Bertani krisan ibarat menanam kebahagiaan. "Melihat warna-warni bunga cantik ini membuat saya bahagia setiap hari. Saya tak pernah bosan setiap hari bersanding dengan bunga-bunga yang cantik," katanya di green house miliknya, Sabtu (14/5/2016).
Mantan staf administrasi di sebuah perusahaan ini mengatakan, pengunjung yang datang ke green housenya sebagian besar hanya ingin melihat krisan saat mekar, mengambil gambar dan jalan-jalan.
"Kalau yang datang rata-rata hanya melihat-lihat, jalan-jalan. Kalau pembelinya sudah ada, kita tinggal mengirim ke Surabaya dan Malang," tuturnya ramah.
(Muhajir Arifin/detikTravel)
Romana sudah sejak 2009 memuli berkebun krisan bersama sang suami. Berkebal pengalaman yang suami yang pernah bekerja di green house milik orang lain, perempuan berkaca mata ini nekat berhenti bekerja dan memulai menanam krisan.
Potensi ekonomi bertani bunga krisan, kata Romana, sangat menjanjikan. Jika sudah menerapkan model tanam berjenjang, setiap hari petani bisa memanen bunga hias ini. Pundi rupiah pun bisa terus terisi.
"Bertani krisan berarti menyatukan kesibukan berbisnis dengan kesenangan," ujarnya.
Saat ini Romana dan suaminya Ignasius (48) memiliki lima green house yang berisi 30 jenis krisan dengan aneka warna diantaranya putih, kuning, merah ungu, pink hingga salem. Namun ia lebih banyak menanam bunga berwarna putih dan kuning karena permintaannya lebih tinggi.
Masa tanam hingga panen bunga yang juga disebut bunga seruni ini relatif pendek yakni tiga bulan. Dengan model tanam berjenjang, ia bisa panen setiap hari.
(Muhajir Arifin/detikTravel)
"Jualnya per ikat. Satu ikat berisi sepuluh batang dengan harga Rp 11 ribu dari kami. Sekali kirim biasanya 300 ikat. Permintaan dari Surabaya, Malang hingga Bali. Bunga ini rata-rata untuk wedding decoration," jelas perempuan berkacamata ini.
"Omset penjualan kami Rp 32 juta per bulan. Kalau musim pernikahan semakin ramai," jelasnya.
Ermayanti, salah seorang traveler asal Blitar mengatakan, selama ini saat ke Pasuruan ia hanya datang ke Bromo atau ke Taman Safari. Baru kali ini ia menyempatkan datang ke kawasan agrowisata Tutur.
"Awalnya penasaran dengan kebun apel, tapi ternyata di sini juga ada banyak kebun krisan yang cantik. Senang senang, bikin hati fresh," katanya antusias.
Selain krisan, para petani Tutur juga membudidayakan tanama hias lain seperti mawar. Para petani juga sudah memulai menanam strawberry.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit