Hal itu diutarakan oleh salah seorang pemandu lokal, Edi Juasah kepada detikTravel beberapa pekan lalu di Taman Narmada, Desa Lembuah, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Edi yang merupakan suku Sasak asli (suku yang menempati Lombok) berbagi cerita soal cerita-cerita yang dianggapnya mistis di Gunung Rinjani.
"Boleh percaya boleh nggak, banyak orang-orang 'kuat' yang mengisi ilmunya di Gunung Rinjani. Mistis di Gunung Rinjani memang masih kuat," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edi Juasah (sebelah kiri) pemandu wisata di Taman Narmada yang berbagi cerita-cerita mistis tentang Gunung Rinjani (Nurul/detikTravel)
Salah satu buktinya, yang pernah dia rasakan sendiri adalah mencoba untuk mengambil emas-emas yang berbentuk ikan di Danau Segara Anak. Danau ini berada di ketinggian sekitar 2.000-an mdpl dan salah satu titik perekamahan para pendaki yang mau mendaki ke puncak Gunung Rinjani (3.726 mdpl).
Sebelumnya, Edi bercerita soal Danau Segara Anak yang diangggap keramat oleh suku Sasak dan masyarakat Hindu di Lombok. Di danau inilah sering diadakan ritual-ritual seperti upacara suci Wettu Telu, upacara yang digelar untuk menghormati Dewi Enjeni sebagai dewi yang dipercaya sebagai penunggu Gunung RInjani. Satu lagi Mulang Pakelem, yakni ritual meminta turun hujan pada dewi Anjani dengan cara memberikan sesaji, menyembelih hewan dan melempar emas berbentuk ikan-ikan kecil ke dalam danaunya.
"Upacara itu sudah dilakukan sejak zaman dulu dan masih dilakukan sampai sekarang," ujar Edi.
Potret Danau Segara Anak di Gunung Rinjani (Randy/detikTravel)
Edi mengerucutkan ceritanya soal ritual Mulang Pakelem. Seperti katanya tadi, orang-orang Hindu akan melempar emas berbentuk ikan-ikan kecil ke dalam danau, maka jika dipikir kini sudah banyak emas-emas tersebut di dalam danaunya.
Pria 49 tahun tersebut pun pernah mencoba untuk membuktikan, benarkah banyak emas di Danau Segara Anak. Kala itu dia masih muda dan datang langsung ke Danau Segara Anak bersama teman-temannya. Salah seorang temannya, memakai ban pelampung dan diikatkan dengan tali.
"Dia (teman saya) akan berenang ke tengah. Katanya sih yang banyak emasnya itu di tengah, karena orang-orang melempar emasnya sampai jauh. Di pinggir nggak ada," ucap Edi.
Temannya pun langsung berenang ke tengah dengan memakai ban pelampung. Edi bersama temannya yang lain menunggu di pinggir dan memegang tali yang dikaitkan ke ban pelampungnya, agar bisa ditarik jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Pas kabut turun, teman saya hilang. Ban pelampungnya kita tarik tapi dianya tidak ada. Wah, panik kita," kenangnya.
Edi kemudian menunggu di pinggir danau sampai bermalam di sana. Esok harinya, temannya yang hilang tersebut ditemukan kembali di pinggir danau dengan kondisi yang selamat, tapi...
"Tapi dianya aneh, seperti ling-lung. Pas kita tanya kenapa hilang, dia bilang cuma berenang ke tengah saja, terus nggak ada apa-apa. Pokoknya ling-lung deh, nggak tau apa yang terjadi sama dirinya," papar Edi.
Danau Segara Anak tampak dari Puncak Gunung Rinjani (Randy/detikTravel)
Rupanya, Edi dan teman-temannya bukanlah orang pertama yang mencoba melakukan itu. Dia mengungkapkan, sebenarnya sudah banyak orang yang mecoba mencari emas di Danau Segara Anak. Namun semuanya bernasib sama, akan hilang di tengah danau dan kembali lagi keesokan harinya di pinggir danau.
"Pernah juga ada cerita, bule yang berenang ke tengah tapi memang tidak untuk mencari emas. Nasibnya juga sama, dia hilang besoknya baru ditemuin di pinggir danau. Konon, danau ini memang ada penunggunya dan menuju ke 'gerbang lain', makanya jangan sampai berenang ke tengah atau ada niat jahat," kata Edi.
Hal semacam ini tentu dikembalikan kepada kepercayaan masing-masing orang. Boleh percaya boleh tidak, yang pasti ada baiknya kita sebagai wisatawan menghormati dan menuruti berbagai peraturan-peraturan 'tak tertulis' di berbagai tempat yang kita kunjungi.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!