Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tak hanya dianugerahi dengan keindahan pantai yang menawan. Babel juga memiliki hutan yang ditumbuhi pohon endemik, yakni pohon pelawan.
Pohon ini unik, karena saat kulitnya terkelupas, akan terlihat batang pohon yang berwarna merah menyala. Apalagi jika baru saja terguyur hujan, warna merah pada batang pohon pelawan akan tampak lebih kuat, seperti lidah api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pintu masuk Hutan Pelawan di Bangka (Khafifah/detikTravel)
Untuk memasuki area hutan pelawan tidak dipungut biaya sepeserpun. Pengunjung bebas masuk menelusuri jalan yang telah dibangun semi permanen oleh warga lokal. Tampak ribuan pohon pelawan tumbuh subur di area seluas sekitar 250 hektar ini. Batang pohon yang kulitnya telah mengelupas terlihat merah mencolok di tengah hijaunya hutan. Kicauan burung-burung yang merdu menemani setiap langkah para pengunjung selama menelusuri hutan ini.
Semakin ke dalam hutan, terlihat monyet-monyet asyik bermain di atas pohon. Ada juga tupai yang berlompatan dari pohon satu ke pohon lainnya. Sementara itu, di sisi bawah terlihat sungai kecil mengalir jernih di tengah hutan. Banyak ikan-ikan kecil di dalamnya.
"Hutan ini alami, bukan hasil budidaya. Dulu banyak pohon pelawan di Bangka, tapi karena sekarang sedikit, akhirnya daerah sini sejak 3 tahun lalu dibuat hutan lindung supaya tidak punah," ujar pengelola setempat, Kamariah kepada detikTravel di Hutan Pelawan, Kamis (21/7/2016).
Suasana di dalam Hutan Pelawan (Khafifah/detikTravel)
Menurut Kamariah, dahulu penduduk banyak memanfaatkan pohon pelawan sebagai pohon penyangga lada. Sebab batang pohon pelawan keras dan kuat, sehingga tidak roboh jika dirambati lada bertahun-tahun. Seiring dengan semakin terbatasnya pertumbuhan pohon pelawan, para petani lada kini membuat tiang penyangga dari semen.
"Ndak ada yang pakai pohon pelawan untuk kayu bangunan, karena keras. Sulit dipotongnya," ucap warga Desa Namang ini.
Selain batangnya yang unik, bunga pohon pelawan juga menghasilkan madu yang tak biasa. Yakni madu pelawan yang rasanya cenderung pahit. Saat detikcom mencicipinya, madu ini memang terasa agak pahit saat mulai ditelan. Namun setelah masuk ke kerongkongan, rasa pahit itu hilang dan justru meninggalkan rasa manis di lidah.
Pohon pelawan yang unik dari Bangka (Khafifah/detikTravel)
Madu pahit ini menjadi produk khas Bangka Tengah. Namun persediaan madu terbatas karena memang tidak dibudidaya oleh warga maupun pengelola hutan pelawan, alias madu liar.
"Ini sarang terakhir, kami la musungnya (kami sudah memanen madunya). Nanti ada lagi kalau lebahnya buat madu lagi," ujar Kamariah.
Jika stoknya banyak, kelompok usaha di Desa Namang ini juga menjual madu pelawan ke toko oleh-oleh. Madu ini diyakini berkhasiat untuk menjaga kekebalan tubuh dan mengobati berbagai penyakit.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti