'Berburu' Cenderawasih di Raja Ampat, Ini yang Perlu Diperhatikan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

'Berburu' Cenderawasih di Raja Ampat, Ini yang Perlu Diperhatikan

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 03 Nov 2016 16:35 WIB
Berburu Cenderawasih di Raja Ampat, Ini yang Perlu Diperhatikan
Desa Saporkren, tempat 'berburu' Cendrawasih di Raja Ampat (Wahyu/detikTravel)
Raja Ampat - Selain kekayaan alam bawah laut, Raja Ampat juga rumah bagi spesies Burung Surga, Cenderawasih. Desa Saporkren jadi lokasi untuk 'berburu' burung cantik ini.

Banyak yang mengenal Raja Ampat sebagai surga alam bawah laut, padahal selain spesies ikan dan terumbu karang, Raja Ampat juga menjadi rumah bagi spesies Burung Cenderawasih. Ada beberapa lokasi yang bisa traveler kunjungi untuk melihat burung surga ini.

Selain di Desa Sawinggrai, ada pula Desa Saporkren yang juga punya wisata birdwatching. Bedanya adalah, untuk ke Sawinggrai kita membutuhkan moda transportasi speedboat karena letaknya ada di pulau tersendiri, sementara di Saporkren traveler bisa menjangkaunya via jalur darat menggunakan mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang detikTravel lakukan 2 pekan lalu, di tengah meliput kegiatan Festival Pesona Raja Ampat 2016. Sebelum mulai 'berburu' CendErawasih, ada baiknya traveler simak uraian berikut ini:

1. Perjalanan menuju ke Saporkren

Desa Saporkren tempat kami melakukan pengamatan burung (Wahyu/detikTravel)
Butuh waktu kurang lebih 1 jam naik mobil untuk menuju ke Desa Saporkren. Perjalanan dimulai pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30 WIT. Ada alasan khusus mengapa kami harus berangkat pagi buta, bahkan sebelum matahari terbit.

Itu disebabkan karena Burung Cendrawasih akan mulai aktif pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 sampai 08.00. Bila telat sedikit saja, maka sudah pasti burung tersebut akan sukar untuk ditemui.

Jadi, jangan sampai terlambat ya traveler!

2. Aturan dasar sebelum pengamatan burung

Meniti jembatan kayu sebelum masuk hutan (Wahyu/detikTravel)
Sebelum memulai kegiatan 'berburu' Cendrawasih, ada beberapa atuuran dasar yang perlu traveler ketahui. Yang pertama dilarang keras untuk memakai parfum atau bau-bauan yang lain, karena burung Cendrawasih pasti tidak akan mau keluar bila ada aroma lain yang tidak dia kenal.

Selain itu, jangan menggunakan baju dengan warna mencolok seperti merah atau warna cerah lainnya. Gunakanlah baju yang warnanya netral seperti hitam atau coklat agar tersamarkan dengan lingkungan tinggal Cendrawasih.

Perjalanan masuk ke dalam hutan (Wahyu/detikTravel)

3. Siapkan Fisik yang prima
Untuk bisa melihat burung Cendrawasih, traveler mesti trekking masuk lagi ke dalam hutan. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di lokasi pengamatan yang berada tepat di atas bukit di Desa Saporkren. Tenang saja, sudah ada guide lokal yang siap menemani traveler.

Saran saya, sebaiknya traveler siapkan fisik dan mental yang prima karena perjalanan akan sangat berat. Meski terlihat sejuk dan rindang, saat trekking masuk ke dalam hutan kelembaban akan sangat tinggi sehingga kita akan terus berkeringat.

Selain itu, medan treknya juga sangat berat karena tingkat kemiringan bukitnya hampir mencapai 60-70 derajat. Dijamin ngos-ngosan! Saran saya, bawa botol air minum sendiri agar traveler tidak dehidrasi.

4. Bersiap melihat atraksi Cendrawasih

Ilustrasi burung Cendrawasih endemik Papua yang juga ada di Raja Ampat (I Gede Leo Agustina/d'Traveler)
Sesampainya di atas bukit, kicau burung Cendrawasih sudah menyambut kami. Kicau burung cantik ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Kadang si pejantan melakukan tarian untuk menarik sang betina.

Namun sayang, pohon hutan Raja Ampat yang tinggi sekali membuat kami kesulitan untuk melihat Sang Cendrawasih. Tapi setelah beberapa menit usaha, akhirnya bisa melihat juga penampakan sang Burung Surga.

Rimbunnya pepohonan menghalangi kamera (Wahyu/detikTravel)

5. Bawa peralatan yang mumpuni
Sayangnya lagi, saat itu saya tidak membawa peralatan kamera yang mumpuni, sehingga foto The Bird of Paradise ini tidak terdokumentasikan dengan baik. Saran saya, bawalah lensa tele tambahan agar penampakan burung Cenderawasih ini bisa terlihat dengan maksimal.

Perjalanan berburu 'Cendrawasih' di Desa Saporkren ini benar-benar berkesan. Beratnya perjalanan terbayar tuntas dengan menyaksikan cantiknya burung dari surga tersebut. Benar-benar keren!
Halaman 2 dari 6
Butuh waktu kurang lebih 1 jam naik mobil untuk menuju ke Desa Saporkren. Perjalanan dimulai pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30 WIT. Ada alasan khusus mengapa kami harus berangkat pagi buta, bahkan sebelum matahari terbit.

Itu disebabkan karena Burung Cendrawasih akan mulai aktif pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 sampai 08.00. Bila telat sedikit saja, maka sudah pasti burung tersebut akan sukar untuk ditemui.

Jadi, jangan sampai terlambat ya traveler!

Sebelum memulai kegiatan 'berburu' Cendrawasih, ada beberapa atuuran dasar yang perlu traveler ketahui. Yang pertama dilarang keras untuk memakai parfum atau bau-bauan yang lain, karena burung Cendrawasih pasti tidak akan mau keluar bila ada aroma lain yang tidak dia kenal.

Selain itu, jangan menggunakan baju dengan warna mencolok seperti merah atau warna cerah lainnya. Gunakanlah baju yang warnanya netral seperti hitam atau coklat agar tersamarkan dengan lingkungan tinggal Cendrawasih.

Untuk bisa melihat burung Cendrawasih, traveler mesti trekking masuk lagi ke dalam hutan. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di lokasi pengamatan yang berada tepat di atas bukit di Desa Saporkren. Tenang saja, sudah ada guide lokal yang siap menemani traveler.

Saran saya, sebaiknya traveler siapkan fisik dan mental yang prima karena perjalanan akan sangat berat. Meski terlihat sejuk dan rindang, saat trekking masuk ke dalam hutan kelembaban akan sangat tinggi sehingga kita akan terus berkeringat.

Selain itu, medan treknya juga sangat berat karena tingkat kemiringan bukitnya hampir mencapai 60-70 derajat. Dijamin ngos-ngosan! Saran saya, bawa botol air minum sendiri agar traveler tidak dehidrasi.

Sesampainya di atas bukit, kicau burung Cendrawasih sudah menyambut kami. Kicau burung cantik ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Kadang si pejantan melakukan tarian untuk menarik sang betina.

Namun sayang, pohon hutan Raja Ampat yang tinggi sekali membuat kami kesulitan untuk melihat Sang Cendrawasih. Tapi setelah beberapa menit usaha, akhirnya bisa melihat juga penampakan sang Burung Surga.

Sayangnya lagi, saat itu saya tidak membawa peralatan kamera yang mumpuni, sehingga foto The Bird of Paradise ini tidak terdokumentasikan dengan baik. Saran saya, bawalah lensa tele tambahan agar penampakan burung Cenderawasih ini bisa terlihat dengan maksimal.

Perjalanan berburu 'Cendrawasih' di Desa Saporkren ini benar-benar berkesan. Beratnya perjalanan terbayar tuntas dengan menyaksikan cantiknya burung dari surga tersebut. Benar-benar keren!

(wsw/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads