4 Rumah Adat dengan Pelajaran Hidup Bebas Galau

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Liburan Anti Kesal

4 Rumah Adat dengan Pelajaran Hidup Bebas Galau

Bona - detikTravel
Kamis, 17 Nov 2016 16:58 WIB
4 Rumah Adat dengan Pelajaran Hidup Bebas Galau
Rumah adat yang banyak menyinpan filosofi hidup (Endi Hamid/ACI)
Halmahera - Kalau traveler lagi kesal, coba deh datang ke 4 rumah adat berikut. Kamu bisa menemukan makna hidup sekaligus bikin liburan bebas galau!

Perasaan tertekan atau kesal pasti sering traveler hadapi. Tapi kalau terus-terusan galau coba deh menelaah arti hidup dari beberapa rumah adat berikut ini. Liburan anti galau dimulai.

Dihimpun detikTravel, Kamis (17/11/2016), inilah 4 rumah adat di Indonesia dengan filosofi hidup yang anti galau:

1. Sasadu

Foto: (Arya Martin/d'traveler)
Saat liburan ke Halmahera Barat, Maluku Utara, traveler akan melihat banyak sekali rumah adat berbentuk unik yang disebut Sasadu. Fungsi utama Sasadu adalah tempat berkumpul warga apalagi jika ada upacara adat, seperti pemilihan ketua adat dan saat panen.

Sasadu juga digunakan untuk bersantai serta menjamu tamu yang dianggap penting. Bangunan ini tampak begitu unik dan juga sarat dengan nilai-nilai positif.

Setiap bentuk yang ada di dalam Sasadu memiliki konsep dan arti berbeda. Misalnya bola-bola yang digantung pada bilah kayu di ujung atap menyimbolkan kaki yang artinya kestabilan. Arahnya yang merunduk dan berlawanan dengan atap berarti bahwa manusia yang berada di puncak tetap harus rendah hati.

Bagian ujung atap rumah adat suhu Sahu ini sengaja dibuat lebih pendek dari langit-langit. Supaya siapa saja yang masuk harus menundukkan kepala. Ini dibuat untuk mengingatkan orang agar selalu hormat dan patuh terhadap adat istiadat.

Jika diperhatikan, pada rumah adat Sasadu di Desa Toboso ada kain merah dan putih yang tergantung di bagian sambungan rangka. Rupanya kedua kain beda warna itu mewakili pemeluk agama Islam dan Kristen. Kerukunan antar agama memang memegang peran penting dalam keseharian masyarakat setempat.

2. Uma Bokulu

Foto: (Susan Stephanie/ACI)
Di Sumba ada rumah adat setempat yang begitu unik, Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu berarti rumah besar dan Uma Mbatangu berarti rumah menara, ketinggiannya bisa mancapai 30 meter.

Rumah-rumah berdiri mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum. Rumah adat Sumba penuh dengan nilai-nilai filosofis. Setiap rumah adat dibagi menjadi tiga bagian yaitu menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah rumah. Menara rumah menjadi simbol bagi para roh yang memiliki kedudukan tinggi. Kemudian, bagian bangunan utama menjadi simbol tempat pemujaan sekaligus tempat hunian. Dalam area tengah inilah aktivitas keseharian dilakukan.

Lalu bagian bawah menjadi tempat hewah peliharaan dan roh jahat. Sedangakan bagian depan rumah digantung tulang babi atau tanduk kerbau untuk menunjukan bahwa si pemilik rumah telah memotong hewan ternak sebagai penanda kedudukan status sosial di masyarakat.

3. Rumah adat Desa Sade

Foto: Wahyu Setyo Widodo
Liburan ke Desa Sade di Lombok Tengah, traveler bisa belajar banyak tentang filosofi bangunan yang ada di sana. Dusun Sade termasuk ke dalam wilayah Desa Rembitan, Kec Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dihuni oleh Suku Sasak yang sudah tinggal di sana bertahun-tahun yang lalu. Total ada lebih dari 150 Kepala Keluarga yang tinggal di dusun ini.

Suku Sasak yang tinggal di Dusun Sade masih menjaga kearifan lokal yang mereka miliki, meski zaman sudah berubah modern. Contohnya bisa traveler lihat dari bentuk bangunan rumah tinggal mereka yang masih sangat tradisional, hampir tidak ada bangunan rumah modern berdiri di dusun ini. Bangunannya terbuat dari kayu, berlantai tanah, dan beratapkan alang-alang.

Jarak antar rumah pun terhitung sangat dekat dan padat. Ini menunjukkan tak ada perbedaan mencolok antara si miskin atau si kaya, semuanya dipandang sama.

Jika diperhatikan, bentuk rumah adat di Desa Sade mempunyai pintu yang rendah dan cukup kecil, sehingga tamu yang datang harus menunduk ketika masuk ke dalam rumah. Filosofinya tamu memang sudah selayaknya menaruh rasa hormat terhadap pemilik rumah.

4. Tongkonan

Foto: (Endi Hamid/ACI)
Salah satu rumah unik yang ada di Indonesia adalah Tongkonan, dari Sulawesi Selatan. Rumah ini ternyata memiliki makna lewat ukiran dan bentuknya. Nama ini diambil dari kata Tongkon dalam bahasa Toraja, yang berarti duduk. Tongkonan dibangun sebagai tempat tinggal seluruh keluarga, proses pembangunannya pun melibatkan seluruh sanak saudara.

Ternyata, yang memiliki hak untuk membangun rumah Tongkonan yang cantik dan penuh dengan ukiran unik hanyalah bangsawan saja. Motif labu di dinding rumah memiliki arti hendaknya hidup kita harus senantiasa rendah hati. Kemudian kepiting, berudu, gulma yang menandakan kesuburan. Sedangkan tanaman air yang aktif dan tumbuh ke segala arah berarti sang pemilik rumah berharap akan banyak memiliki keturunan.

Jika melihat ke arah Tongkonan, Anda langsung dihadapkan dengan hiasan wajib di setiap rumah, yaitu kepala kerbau. Tidak hanya di depan rumah, hiasan kepala kerbau juga dipasang di tiang-tiang dinding utama. Kepala kerbau ini adalah hiasan pusaka yang menandakan kekayaan.
Halaman 2 dari 5
Saat liburan ke Halmahera Barat, Maluku Utara, traveler akan melihat banyak sekali rumah adat berbentuk unik yang disebut Sasadu. Fungsi utama Sasadu adalah tempat berkumpul warga apalagi jika ada upacara adat, seperti pemilihan ketua adat dan saat panen.

Sasadu juga digunakan untuk bersantai serta menjamu tamu yang dianggap penting. Bangunan ini tampak begitu unik dan juga sarat dengan nilai-nilai positif.

Setiap bentuk yang ada di dalam Sasadu memiliki konsep dan arti berbeda. Misalnya bola-bola yang digantung pada bilah kayu di ujung atap menyimbolkan kaki yang artinya kestabilan. Arahnya yang merunduk dan berlawanan dengan atap berarti bahwa manusia yang berada di puncak tetap harus rendah hati.

Bagian ujung atap rumah adat suhu Sahu ini sengaja dibuat lebih pendek dari langit-langit. Supaya siapa saja yang masuk harus menundukkan kepala. Ini dibuat untuk mengingatkan orang agar selalu hormat dan patuh terhadap adat istiadat.

Jika diperhatikan, pada rumah adat Sasadu di Desa Toboso ada kain merah dan putih yang tergantung di bagian sambungan rangka. Rupanya kedua kain beda warna itu mewakili pemeluk agama Islam dan Kristen. Kerukunan antar agama memang memegang peran penting dalam keseharian masyarakat setempat.

Di Sumba ada rumah adat setempat yang begitu unik, Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu berarti rumah besar dan Uma Mbatangu berarti rumah menara, ketinggiannya bisa mancapai 30 meter.

Rumah-rumah berdiri mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum. Rumah adat Sumba penuh dengan nilai-nilai filosofis. Setiap rumah adat dibagi menjadi tiga bagian yaitu menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah rumah. Menara rumah menjadi simbol bagi para roh yang memiliki kedudukan tinggi. Kemudian, bagian bangunan utama menjadi simbol tempat pemujaan sekaligus tempat hunian. Dalam area tengah inilah aktivitas keseharian dilakukan.

Lalu bagian bawah menjadi tempat hewah peliharaan dan roh jahat. Sedangakan bagian depan rumah digantung tulang babi atau tanduk kerbau untuk menunjukan bahwa si pemilik rumah telah memotong hewan ternak sebagai penanda kedudukan status sosial di masyarakat.

Liburan ke Desa Sade di Lombok Tengah, traveler bisa belajar banyak tentang filosofi bangunan yang ada di sana. Dusun Sade termasuk ke dalam wilayah Desa Rembitan, Kec Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dihuni oleh Suku Sasak yang sudah tinggal di sana bertahun-tahun yang lalu. Total ada lebih dari 150 Kepala Keluarga yang tinggal di dusun ini.

Suku Sasak yang tinggal di Dusun Sade masih menjaga kearifan lokal yang mereka miliki, meski zaman sudah berubah modern. Contohnya bisa traveler lihat dari bentuk bangunan rumah tinggal mereka yang masih sangat tradisional, hampir tidak ada bangunan rumah modern berdiri di dusun ini. Bangunannya terbuat dari kayu, berlantai tanah, dan beratapkan alang-alang.

Jarak antar rumah pun terhitung sangat dekat dan padat. Ini menunjukkan tak ada perbedaan mencolok antara si miskin atau si kaya, semuanya dipandang sama.

Jika diperhatikan, bentuk rumah adat di Desa Sade mempunyai pintu yang rendah dan cukup kecil, sehingga tamu yang datang harus menunduk ketika masuk ke dalam rumah. Filosofinya tamu memang sudah selayaknya menaruh rasa hormat terhadap pemilik rumah.

Salah satu rumah unik yang ada di Indonesia adalah Tongkonan, dari Sulawesi Selatan. Rumah ini ternyata memiliki makna lewat ukiran dan bentuknya. Nama ini diambil dari kata Tongkon dalam bahasa Toraja, yang berarti duduk. Tongkonan dibangun sebagai tempat tinggal seluruh keluarga, proses pembangunannya pun melibatkan seluruh sanak saudara.

Ternyata, yang memiliki hak untuk membangun rumah Tongkonan yang cantik dan penuh dengan ukiran unik hanyalah bangsawan saja. Motif labu di dinding rumah memiliki arti hendaknya hidup kita harus senantiasa rendah hati. Kemudian kepiting, berudu, gulma yang menandakan kesuburan. Sedangkan tanaman air yang aktif dan tumbuh ke segala arah berarti sang pemilik rumah berharap akan banyak memiliki keturunan.

Jika melihat ke arah Tongkonan, Anda langsung dihadapkan dengan hiasan wajib di setiap rumah, yaitu kepala kerbau. Tidak hanya di depan rumah, hiasan kepala kerbau juga dipasang di tiang-tiang dinding utama. Kepala kerbau ini adalah hiasan pusaka yang menandakan kekayaan.

(bnl/wsw)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Liburan Anti Kesal
Liburan Anti Kesal
16 Konten
Kerjaan di kantor menumpuk, timeline medsos isinya hate speech. Jangan sampai kita ikutan kesal dan stress. Liburan adalah obat yang paling mujarab.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads