detikTravel mendapat undangan dari Kementerian Pariwisata untuk berkunjung ke Toraja, Kamis (27/1/2017). Masyarakat Toraja memang dikenal masih memegang teguh adat dan budaya, salah satunya tongkonan.
Tongkonan merupakan rumah adat yang terbuat dari kayu uru. Pohon uru memang banyak tumbuh di Sulawesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian di atas rumah biasanya akan terpasang patung kepala kerbau. Ada 3 warna kerbau mulai putih, hitam dan belang atau biasa disebut bule.
Di beberapa tongkonan terdapat patung tambahan berupa kepala ayam atau naga. Ini menjadi tanda bahwa si pemilik rumah adalah yang dituakan di tempat itu.
Papan dengan susunan tanduk kerbau terpasang di depan tongkonan. Bukan hanya itu, dereten gigi babi juga berderet rapi di atas rumah. Inilah status sosial orang Toraja.
Bayangkan saja, satu kerbau hitam akan diberikan harga Rp 60 juta per ekor. Itu baru yang hitam. Kalau kerbau belang atau bule harganya mulai Rp 600 juta sampai Rp 1 miliar per ekor. Wow!
"Ini menjadi tanda bahwa si pemilik rumah telah mengadakan banyak pesta atau perjamuan," kata Rantetasak, salah satu masyarakat Toraja.
Dikelilingi dengan deretan simbol di dinding rumah, ini memperjelas status sosial si empunya tongkonan. Ukiran kepala kerbau juga tak boleh ketinggalan menghiasi tongkonan beserta simbol lainnya.
Tongkonan juga memiliki nama lho! Nama tongkonan diberikan atas saran ketua adat dan penelusuran dari pasangan nama tersebut sebelum dibangun. Sehingga tongkonan selalu memiliki pasangan, walaupun tak satu desa.
Pada saat pembangunan tongkonan akan diadakan pesta meriah. Setiap keluarga yang datang akan membawa babi hias. Babi yang paling cantik akan menjadi pemenang dan diingat sepanjang sejarah
![]() |
Di depan tongkonan dibangun alang atau lumbung. Alang memiliki lambang ukiran ayam dan matahari di atas bangunan. Ini adalah lambang kemakmuran orang Toraja. Hampir sama dengan kepala kerbau, ini adalah lambang kelimpahan orang Toraja.
Tak hanya satu, alang juga biasanya dibangun sesuai dengan jumlah keturunan. Sang pemilik akan meletakkan padi-padi yang masih bertangkai di dalam alang. Uniknya, kadang alang juga jadi tempat penyimpanan barang berharga.
Tongkonan dan alang dibangun berhadapan sesuai dengan arah utara dan selatan. Kedua bangunan ini berperan sebagai pengganti orang tua.
"Kalau tongkonan itu berperan sebagai ibu dan alang sebagai bapak," jelas Rantetasak.
Tongkonan diibaratkan sebagai ibu yang melindungi anak-anaknya yaitu orang Toraja. Sedangakan alang yang adalah lumbung adalah ayah yang menjadi tulang punggung.
![]() |
Zaman dulu, bagian bawah tongkonan dibuat menjadi kandang kerbau. Itu kenapa bentuk tongkonan seperti panggung. Kayu yang terpasang vertikal bisa dibuka dan berfungsi sebagai pagar kandang.
Sampai saat ini tongkonan tetap menjadi pegangan hidup masyarakat Toraja. Sebagai pengingat dan budaya nenek moyang, tongkonan etap menjadi idola.
Selain sarat makna, rumah ini juga sangat instagenic dan jadi magnet bagi para turis untuk datang ke Toraja. Jangan mau kalah sama wisman, yuk ke Toraja! (bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!