Kampung Pempek 26 Ilir, Tempat Berburu 'Kapal Selam' di Palembang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kampung Pempek 26 Ilir, Tempat Berburu 'Kapal Selam' di Palembang

Raja Adil Siregar - detikTravel
Minggu, 26 Mar 2017 15:50 WIB
Pedagang empek-mpek melayani pembeli (Raja Adil Siregar/detikTravel)
Jakarta - Traveler yang sedang berlibur di Palembang sudah tahu sentra penjual pempek? Ternyata ada kampungnya lho.

Memang belum ke Palembang jika tidak menikmati Pempek sebagai kuliner khas Bumi Sriwijaya. Kota yang kaya sejarah budaya nusantara ini mempunyai julukan berupa Kota Pempek dan menjadi kebanggaan Wong Kito Galo.

Olahan khas dengan bahan baku ikan ini, akan banyak kita jumpai disudut kota Palembang saat berkunjung. Namun, untuk dapat menikmati dengan berbagai varian dan olahan, kita dapat langsung menuju ke 'Kampung Pempek 26 Ilir' yang berada di Pasar 26 Ilir.
Penampakan Kampung 26 ilirPenampakan Kampung Pempek 26 Ilir (Raja Adil Siregar/detikTravel)

Anda cukup menaiki Trans Musi sebagai angkutan umum atau ojek, maupun becak sepeda untuk mencapainya. Kampung ini hanya berjarak 300 meter dari kantor Walikota Palembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah memasuki gerbang Jalan Mujahidin, akan terlihat diseberang kanan dan kiri jalan deretan toko tradisional yang menawarkan berbagai macam makanan khas asli kota tersebut.

detikTravel langsung menelusuri kampung tersebut, Minggu (26/03/2017). Dengan ramah, para pedagang menawarkan dagangan yang ada di toko mereka.

"Mampir duken kak, cicipi pempek kami ni," saut pemilik toko saat melintas di kawasan tersebut. Saat masuk, langsung terlihat berjajar di dalam etalase berbagai jenis, seperti pempek campur, telur kecil, lenjer kecil, pempek kulit ( bahan kulit tenggiri), lenggang (Ikan & Telur), pempek tahu, juga otak-otak ikan.
Aneka pempek yang lezat!Aneka pempek yang lezat! (Raja Adil Siregar/detikTravel)

Selain pempek, ada pula seperti Model, Tekwan dan Kemplang (krupuk ikan). Itulah makanan khas Palembang yang berbahan baku ikan tenggiri, kakap super, dan ikan gabus.

Untuk harga, para pemilik toko menjual dengan harga sangat miring, mulai dari Rp 1000 hingga Rp 2000 untuk pempek kecil dan Rp 10.000 untuk pempek jenis lenjer dan kapal selam. Berbeda denga toko-toko di luar kampung pempek yang telah memiliki nama dan nilai jual tersendiri.

Sementara kualitas, tidak perlu diragukan lagi. Karena para pemilik toko memproduksi tanpa bahan pengawat dan menggunakan ikan segar yang diperoleh dari pasar ikan, yang tepat berbatasan dengan kampung pempek.

"Untuk bahan ikan harus pakai ikan tenggiri, kakap super dan ikan gabis aja. Kalau pakai ikan lain gak enak," Ujar cek Ida, salah satu pemilik toko di kawasan kuliner tersebut.
Bikin ngiler bukan?Bikin ngiler bukan? (Raja Adil Siregar/detikTravel)

Menurut cek Ida, kawasan tersebut selalu ramai meskipun tidak di hari libur. Hal ini dikarenakan adanya promosi oleh Pemkot Palembang tentang keberadaan kampung ini.

"Gak libur juga ramai, karena sering di pomosiin sama pak walikota tempat ini. Jadi semua orang sudah tau, kalau ke palembang pasti kesini. Kalau biasanya banyak yang cari itu pempek Kapal Selam sama Lenjer Besar. Karena itu ukuran yang paling besar dan dikenal sama masyarakat," urai dia.

Tidak hanya dikonsumsi di tempat, pengunjung yang berkunjung dapat membawa pulang dengan membeli paket packing mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 100.000 untuk satu paket.

"Disini banyak pilihan bang, mau pempek jenis apa aja pasti ada, termasuk yang ukuran kapal selam. Bisa juga untuk oleh-oleh keluarga di kampung, " ujar Halimah, wisatawan asal Madiun Jawa Timur tersebut.

Adapun asal-usul Pempek berdasarkan cerita rakyat. Sekitar tahun 1617, seorang Apek berusia 65 tahun yang tinggal di tepi Sungai Musi merasa prihatin melihat hasil tangkapan warga yang berlimpah dan belum dapat termanfaatkan dengan baik.

Karena hanya manfaatkan sebagai lauk pauk saja, ia mencoba alternatif lain dengan menggiling ikan belida dan tenggiri. Lalu mencampurnya dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru.

Kemudian, makanan baru tersebut dijual keliling kota oleh para apek dengan bersepeda. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "Pek... apek", maka makanan tersebut dikenal dengan sebutan Empek-empek atau Pempek. (msl/msl)

Hide Ads