Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Atambua, Kabupaten Belu kini tampil modern dengan aneka bangunan baru. Traveler dan wisatawan pun jadi tertarik mengunjunginya.
Proses pembangunan memang belum 100 persen selesai. Di dekat Jembatan Motaain yang merupakan perbatasan negara, masih ada sejumlah bangunan lama yaitu salon, barak tentara, toko suvenir dan warung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada nama khusus dari warung ini. Hanya ada spanduk besar Telkomsel mempromosikan sinyal 4G di perbatasan, yang berfungsi sebagai peneduh warung dari teriknya matahari Atambua. Saya masuk dan berbincang dengan pemiliknya.
"Banyak yang sangka saya keturunan Tionghoa, padahal saya orang Bugis. Tapi nama saya memang susah dieja," kata H Picing Palu (56) membuka obrolan dengan detikTravel, Minggu (2/3/2017).
Picing Palu sudah membuka usaha warung sejak sekitar tahun 2001. Saat itu perbatasan Indonesia-TImor Leste masih sederhana. Warungnya tepat di pinggir jalan raya.
"Itu bekas jalan rayanya masih ada sedikit, kan kena proyek PLBN yang baru," kata dia menunjuk sisa jalan raya yang lama.
Para tentara nongkrong malam hari di warung perbatasan (Fitraya/detikTravel) |
Dengan adanya PLBN Motaain, jalur pejalan kaki dan kendaraan dialihkan ke gedung baru. Jalan lamanya buntu dan berujung di warung Bapak Picing Palu ini.
Yang dijual Picing Palu sama saja dengan warung pada umumnya. Ada makanan ringan seperti biskuit, kacang dan aneka camilan. Ada rokok dan minuman ringan. Kopi, roti, mie instan sampai es krim juga ada.
Yang datang ke warungnya mulai dari warga Timor Leste yang melintasi perbatasan, warga Indonesia yang berkunjung, sampai TNI dan petugas perbatasan lain yang bekerja di PLBN.
"Ini saya lagi bantuin masak untuk tentara yang mau perpisahan di barak belakang," katanya menunjuk istrinya yang sedang memasak sop gulai.
Dari sederet tempat usaha, pantauan detikTravel tinggal Picing Palu saja yang masih beraktivitas. Toko suvenir menurut dia tutup karena pemiliknya tidak tinggal di Motaain dan entah kapan lagi bukanya. Picing Palu berharap pembangunan PLBN Motaain juga memperhatikan pedagang kecil seperti dirinya.
"Harapannya, kalau memang PLBN ini sudah selesai seutuhnya, disediakan ruang usaha untuk orang-orang kecil macam kami ini supaya bisa berjualan," pungkasnya.
Di satu sisi, memang keberadaan tempat jualan makanan dan minuman ringan dibutuhkan di sini. Motaain cukup panas pada siang hari. Menikmati sebotol minuman dingin sambil berteduh di warung Picing Palu adalah pelarian yang sempurna.
Apalagi, warung ini memang unik. Kapan lagi bisa nongkrong di warung sambil melihat negara tetangga?
Kalau mau sedikit mengintip Timor Leste, bisa tonton dulu video ini:
(rdy/fay)












































Para tentara nongkrong malam hari di warung perbatasan (Fitraya/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat