Komika dan aktor Satriaddin Maharinga Djongki, yang lebih dikenal dengan nama panggung Arie Kriting tumbuh besar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ketika ditemui detikTravel di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis malam (20/4/2017), pria ini pun bercerita tentang destinasi wisata bahari di kampung halamannya itu.
"Wakatobi itu kan dia biota lautnya ragamnya paling banyak, paling beragam. Banyak biota laut, jenis-jenis karang yang nggak ada di tempat lain ada di situ," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk pecinta snorkeling dan diving tentunya bakalan senang liburan ke Wakatobi. Banyak spot-spot cantik yang bisa diselami. Begitu pula dengan pantai yang indah dipandang mata, misalnya pantai di Pulau Sava.
"Sava tidak ada penghuninya, cuma pantai dan pohon kelapa. Ke sana harus bawa bekal makan minum, kita menyeberang pulau," kata Arie.
![]() |
"Snorkeling sih kalau saya biasanya. Kebanyakan di sana karena karangnya di laut dangkal, kita snorkeling saja bisa lihat," tuturnya.
![]() |
"Kalau yang paling berkesan itu di pantai Mari Mabo di Tomia," ujarnya.
Agar lebih mantap wisata di Wakatobi, traveler sebaiknya memang meluangkan waktu mengunjungi keempat pulau utama di sana, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Menurut Arie, setiap pulau memiliki daya tarik berbeda.
"Wanci (di Wangi-wangi) wisata resortnya lebih maju. Di kaledupa itu banyak kebudayaan daerah, pertunjukan. Kemudian di Tomia itu wisata alam bawah lautnya luar biasa. Kalau Binongko itu budayanya yang paling pure gitu ya. Kalau dulu Wakatobi itu kan disebutnya Pulau Tukang Besi kan. Nah tukang besi utamanya itu adanya di Binongko," jelas Arie.
Arie pun memberikan saran kapan saja saat terbaik berkunjung ke Wakatobi. "Bulan yang paling pas ke Wakatobi adalah bulan Maret sampai Mei. Kemudian September sampai November. Cerah dan lautnya tenang," jelas Arie. (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan