Bayangkan saja, dalam sepekan kampung ini telah dikunjungi 700 - 1.200 orang pengunjung dari berbagai daerah. Tidak hanya foto selfie saja, pengunjung juga dapat menikmati aliran sungai yang bersih dan foto dengan background Bukit Sulap di belakangnya.
Pantauan detikTravel, sejak diresmikan oleh Walikota Lubuklinggau Prana Putra Sohe pada 10 Maret lalu, Kampung Warna Warni terus ramai pengunjung. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak yang hanya sekedar untuk merayakan ulang tahun dengan memanfaatkan lingkungan yang sudah sangat mendukung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Warna-warni sendiri terbentuk atas inisiatif ibu-ibu kelompok PKK di kelurahan Lubuklinggau Ulu, Lubuklinggau Barat II. Kemudian dibantu oleh dinas terkait dan didukung langsung oleh Walikota, sehingga terbentuk tempat wisata baru yang ramah anak.
![]() |
Selain itu, nantinya kampung ini juga akan jadi kampung KB dan menjadi kampung yang benar-benar terpadu dengan berbagai inovasi dan masukan dari masyarakat.
Menurut Nanan, sebutan masyarakat untuk Walikota, Kampung Warna-warni telah dimulai oleh satu kelurahan saja karena terlihat semakin hidup dan indah. Saat ini kelurahan lain juga akan mengikuti, sehingga semakin terlihat keindahan warna-warni.
"Padahal, kampung warna-warni dihuni oleh mayoritas 80 persen penduduk pendatang dari berbagai daerah. Tapi kreatifitas dan inovasinya luar bisa. Bersama pengurus PKK akhirnya terbentuklah satu kampung ini. Karena melihat cantik, akhirnya kelurahan yang ada di seberang sungai juga sudah mulai mengikuti," ujarnya kepada detiktravel saat dijumpai di rumah dinasnya, Jumat (21/4/2017).
Asal Mula Kampung Warna Warni
Menurut Nanan, Kampung Warna Warni dahulunya merupakan kampung yang menjadi sorotan Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau karena menjadi pusat perjudian dan sabung ayam, termasuk pusat pelanggaran hukum seperti tempat transaksi narkotika.
Namun, dirinya menilai untuk menangani masalah yang ada di masyarakat tidak harus dengan melakukan penangkapan dan menegakkan hukum. Dengan memberikan pemahaman dan pendekatan secara persuasif akan lebih baik.
![]() |
Buktinya saja kampung warna-warni yang dahulunya merupakan tempat sabung ayam, gudang narkoba dan begitu banyak pelanggaran hukum, bisa menjadi tempat destinasi wisata yang ramah anak.
"Awalnya banyak masyarakat yang tidak berani masuk ke kampung itu karena takut. Tetapi, saat ini telah disulap menjadi tempat wisata baru. Di mana saat ini masyarakat sudah sangat terbuka dengan kedatangan pengunjung, jadi malah berbanding terbalik sekarang," ujar Nanan.
Dikatakan lagi, "Kalau bisa dengan cara yang baik, kenapa harus dengan penegakan hukum. Kalau dengan kita berdayakan masyarakat, kan masyarakat juga yang akan memetik hasilnya. Banyak pengunjung yang datang," imbuhnya. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia