Atambua dan Kabupaten Belu secara keseluruhan adalah perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Kota ini identik dengan hawa panas, tapi kondisi yang berbeda ada di Kecamatan Lamaknen.
Tim Tapal Batas detikcom dan detikTravel di Atambua mendengar cerita tentang padang rumput hijau di atas pegunungan. Namanya adalah Fulan Fehan, namun untuk menuju ke sana ada tantangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jadilah Tim Tapal Batas detikcom naik mobil 4WD bersama Pemkab Belu menuju Kecamatan Lamaknen. Pagi-pagi betul pada Kamis (30/3/2017) kami berangkat ke Fulan Fehan. Kami menempuh jalan Sabuk Perbatasan, yang sedang dibangun, sampai ke ujung aspal di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen.
Penanda jalan akses masuknya adalah rumah adat Siri Gatal Porbol yang cukup besar dan antik di tepi jalan. Dari situ mobil 4WD kami harus mendaki jalan berbatu yang curam dan terjal di Gunung Lakaan. Kambing gunung menonton mobil kami berjuang mendaki jalan berbatu di tengah pepohonan cendana.
Tiba-tiba, usai jalan mendaki, kami berjumpa dengan savana yang relatif datar dengan bukit-bukit ya landai. Sabana ini luas, luas sekali. Sejauh mata memandang yang ada adalah rumput hijau yang pendek rapi. Seperti lapangan golf saja. Inilah Fulan Fehan, traveler!
"Selamat datang di Fulan Fehan. Entah berapa hektar, belum ada pengukuran pasti," kata Fridolinus tersenyum melihat kekaguman kami.
![]() |
Aih.... indah betul Fulan Fuhan. Atambua begitu panas di tepi pantai, namun di Lamaknen ada Fulan Fehan yang begitu sejuk dan hijau. Saya melihat sapi-sapi merumput dengan bebas di perbukitan.
Danau-danau alami bertebaran menyediakan air minum yang tidak kunjung habis untuk mereka. Sebagai Lembah Gunung Lakaan, Fulan Fehan malah seperti padang rumput di Inggris atau Australia.
Pepohonan yang ada di sini hanya kaktus saja. Mereka bertebaran di berbagai sudut sabana, dekat batu-batu karang yang mencuat di sana-sini. Ternyata, kekaguman kami tidak berhenti sampai di sana.
![]() |
Kami melihat kuda-kuda liar, ada sekitar 20-an ekor. Mereka merumput dan menikmati air danau. Kuda-kuda Timor yang gagah perkasa. Ada yang sendirian, ada yang berkelompok.
Namanya juga kuda liar, mereka menjauh kalau kami mendekat. Suara baling-baling drone yang kami terbangkan, begitu asing bagi telinga mereka. Sehingga mereka pun berlari menjauh.
Ya ampun, keren banget pemandangan ini. Tidak ada siapa-siapa selain kami di sana, di tengah sabana hijau yang begitu luas. Terserah kita mau lari kemana sobat, Fulan Fehan seperti padang rumput yang tidak berujung. Tidak percaya? Video ini adalah buktinya:
Inilah bukti bahwa Indonesia begitu cantik sampai ke ujung perbatasannya. Keindahan Fulan Fehan ini juga yang ingin dijaga warga Atambua, terkait dengan proyek jalan Sabuk Perbatasan.
"Iya mereka menyampaikan aspirasi, jangan sampai proyek jalan perbatasan itu sampai ke Fulan Fehan. Mereka takut Fulan Fehan menjadi rusak karena banyak kendaraan lewat dan suhu udara jadi panas," kata Fridolinus.
Indonesia tidak kalah padang rumputnya dengan Eropa atau Australia. Semoga kecantikan dan keindahan Fulan Fehan tetap terjaga. Semoga kuda, sapi dan kambing di sana tetap liar dan apa adanya. Biarkan Fulan Fehan seperti surga yang tersembunyi selamanya!
Simak kisah-kisah lain petualangan ke Atambua di Tapal Batas Detikcom. (fay/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!