Palangkaraya - Hutan rimba di Kalimantan punya banyak cerita. Seperti hutan adat ulin di Kalimantan Tengah, tersimpan mitos kutukan bagi siapa saja yang menebang pohonnya.
detikTravel sempat berkunjung beberapa waktu lalu ke hutan adat ulin. Lokasinya berada di Mungku Baru, Rakumpit, Kalimantan Tengah. Sekitar 1 jam lebih naik mobil, dari Kota Palangkaraya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah.
Hutan adat ulin masyarakat Mungku Baru terletak menyeberang Kabupaten Gunung Mas. Luas hutan ini 500 hektare, terdiri dari 400 hektare hutan inti dan 100 hektare hutan penyangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edo, yang bernama asli Armadiyanto (39), adalah masyarakat di Kelurahan Mungku Baru, Rakumpit, Kalimantan Tengah. Dia menceritakan kutukan di hutan adat ulin yang dituturkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Sebagai orang Dayak Ngaju di Mungku Baru, Edo hafal betul tentang itu.
"Barang siapa yang menebang pohon ini, maka mereka akan kena musibah, atau hal yang buruk akan menimpa keluarganya," ujarnya.
 Pohon ulin yang tumbang dan dibiarkan begitu saja tidak ada yang berani mengambilnya (Dok Istimewa/Siti Maimunah) |
Kutukan itu membuat pohon yang ditebang orang ditinggal begitu saja sampai lumutan. Orang-orang tak mau mengambilnya karena takut kena tulah.
Meski dicap mitos, masyarakat setempat berpegang teguh dengannya. Maka jangan heran, kalau hutan adat ulin masih terasa sangat liar. Pepohonan ulin menjulang tinggi, ditambah beberapa pohon yang sudah jatuh dan berlumut, membuat kamu yang datang ke sana benar-benar menikmati petualangan!
 Pohon ulin di hutan adat masyarakat Dayak Ngaju yang mendiami Mungku Baru (Dok Istimewa/Siti Maimunah) |
Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) memang termasuk jenis yang di ambang jurang kepunahan. Pohon besi atau pohon tabalien, menurut penamaan masyarakat setempat, punya aneka kegunaan. Keistimewaan kayu ulin adalah keras, tahan lama, dan tahan rayap. Keistimewaan ini juga yang membuat ulin diburu hingga situasi menjadi gawat darurat.
"Masyarakat Mungku Baru menjaga kelestarian hutan. Ulin tetap aman," kata Edo, yang juga salah satu pengelola hutan adat ulin Mungku Baru.
Sayang, beberapa pihak justru mengancam kelestarian hutan adat ulin. Semoga pemerintah dan masyarakat setempat tetap menjaga kelestariannya. Bukan gara-gara mitos kutukan, tapi jangan sampai 'paru-paru' Kalimantan terkikis.
 Foto: Siti Maimunah dan Hutan Adat Ulin Mungku Baru (Dok. pribadi Siti Maimunah) |
(aff/krn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol